Bloomberg Technoz

Menguji Racikan Para Capres Angkat Ekonomi RI, Siapa Paling Pede?

Utang Bisa Dorong Pertumbuhan

Meski demikian, sejatinya utang bisa menjadi modal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Syaratnya, harus tepat guna dan terserap optimal.

Namun, sampai saat ini kemampuan pemerintah dalam membelanjakan anggaran belum maksimal. Terlihat dari realisasi belanja negara yang tidak pernah mencapai 100%.

Tahun ini hingga November, penyerapan belanja negara tercatat Rp 2.588,2 triliun atau 83% dari target. Sampai akhir tahun, hampir mustahil realisasinya bisa 100%.

Sejak 2004, hanya 2 kali belanja negara melebihi pagu dalam APBN yaitu pada 2007 dan 2021. Sepanjang 2004-2022, rata-rata realisasi belanja negara adalah 95,79% dari pagu.

Sumber: Kemenkeu

Riset IMF yang disinggung sebelumnya juga menyebut soal potensi utang sebagai instrumen pengungkit pertumbuhan ekonomi. Ada potensi utang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, jika utang yang sudah ada atau eksisting belum tinggi.

"Ketika total utang eksisting sudah di level tinggi, tambahan utang biasanya menelurkan hasil yang lebih buruk. Pertumbuhan ekonomi yang awalnya rata-rata 4% dalam 5 tahun sebelum adanya lonjakan utang, bisa menjadi 2%.

"Namun jika utang masih rendah, maka tambahan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam beberapa tahun. Meski dampaknya cenderung mereda setelah beberapa waktu, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi ketimbang tanpa tambahan utang. Dampak negatif dari tambahan utang di negara dengan tingkat utang rendah baru akan dirasakan dalam jangka menengah," terang riset IMF.

Saat ini, utang pemerintah Indonesia bisa dibilang masih rendah. Per akhir Oktober, total utang pemerintah adalah Rp 7.950,52 triliun atau 37,68% dari PDB. Masih jauh di bawah batas atas yang diatur UU Keuangan Negara yaitu 60% PDB.

Akan tetapi, sekali lagi, utang yang produktif adalah yang termanfaatkan dengan efektif dan tepat guna. Sayangnya, kapasitas kementerian/lembaga dalam membelanjakan anggaran belum maksimal.

Jika tidak ada perbaikan, maka utang menjadi sulit dijadikan modal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Utang malah akan menjadi beban, karena harus tetap dibayar padahal ekonomi tidak mampu tumbuh tinggi. Utang yang seperti ini hanya akan menjadi kesia-siaan belaka.