Membaca Jokowi Effect di Peta Pemilu 2024
PDIP Paling Terdampak
PDIP, partai utama pengusung kiprah politik Jokowi sejak pemilihan walikota Solo hingga pemilihan presiden, sadar benar dengan popularitas presiden ketujuh Indonesia ini di kalangan pemilih. Dan kegagalan mendapatkan dukungan Jokowi akan berdampak pada elektabilitas pasangan capres-cawapres yang diusungnya.
Pada awalnya, partai ini merasa yakin Jokowi akan mendukung mereka di pilpres mendatang, namun yang terjadi justru drama perpisahan PDIP-Jokowi dalam pilpres 2024.
Jokowi memang tampak meng-endorse Ganjar Pranowo. Hal itu tampak dari kata-katanya pada 2022 silam.
"Jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya, dari kerutan di wajahnya, kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya, hati-hati. Lihat juga, lihat rambut rambutnya, kalau rambutnya putih semua ini mikir rakyat ini," kata Jokowi saat hadir di acara temu relawan bertajuk Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/11/2022).
Pernyataan Jokowi itu kencang mengarah ke Ganjar Pranowo yang memang berambut putih. PDIP pun menetapkan Ganjar sebagai bakal calon presiden partai itu.
Sebenarnya, Presiden Jokowi sendiri tidak pernah secara terbuka menyatakan mendukung capres manapun dan bersikeras akan bersikap netral.
Dia hanya menyatakan sebagai orang tua dia merestui putranya Gibran Rakabuming Raka, kader PDIP, maju bersama Prabowo lewat koalisi rival PDIP.
Walau tak ada pernyataan resmi PDIP memecat Jokowi maupun putranya, secara politik terlihat jelas ada perpisahan jalan antara Jokowi dan partai itu.
Politikus PDIP Adian Napitupulu sempat mengungkap penyebab Jokowi tidak mau mendukung partainya adalah penolakan PDIP atas permintaan Jokowi untuk meloloskan wacana perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
Namun, pernyataan itu kemudian dibantah oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang merupakan putri kandung Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Setelah gagal mendapat dukungan dari Jokowi, PDIP berusaha menafikan popularitas mantan gubernur DKI Jakarta ini, termasuk soal food estate yang disebut menyengsarakan rakyat.
Namun tampaknya strategi itu tidak atau belum berhasil mendongkrak elektabilitas pasangan capres-cawapres yang diusung mereka. Sumber di partai ini menyebutkan bahwa survei internal mereka menunjukkan bahwa pemilih tidak memberi respons positif ketika pasangan mereka menyerang Jokowi.
PDIP mengubah strategi dan mencoba memanfaatkan Jokowi effect ini dengan mengusung program-program Jokowi dan Ganjar Pranowo mengingatkan bahwa partai ini adalah bagian dari pemerintah Jokowi.
"Soal setuju tidak setuju, kami hampir 10 tahun bahkan proyek-proyek strategis nasional di Jawa Tengah, saya bereskan. Karena itu bentuk tg jawab kami sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, kami tahu posisi itu agar kita berada dalam satu barisan menjemput keunggulan Indonesia di tahun." ujar Ganjar ketika menjawab pertanyaan Prabowo dalam debat capres pertama, 12 Desember 2023, apakah Ganjar setuju dengan program-program Jokowi.
Efek jokowi terhadap PDIP memang besar di dua pemilu sebelumnya karena pada Pemilu 2004 dan 2009, suara PDIP paling jeblok.
Grafis Perolehan Suara PDIP Sebelum dan Sesudah Jokowi Sebelum Jokowi
Berpalingnya Jokowi effect diperkirakan bisa membuat capres PDIP bahkan partai itu tergerus suaranya dan pengamat mengatakan partai pemenang dua kali pemilu terakhir ini harus sigap dalam waktu singkat sebelum hari pemberian suara.
"Tentu saja pertama, memobilisasi suara-suara yang sudah dikuasai PDIP dan itu relatif cukup ya," kata Dodi Ambardi.
"Yang kedua itu mereka harus memetakan bahwa yang namanya tambahan suara itu tidak bisa lagi gelondongan. Tetapi dianalisis per provinsi, dianalisis kelompok-kelompok sosial yang bisa memberikan block voting kepada pasangan nomor 3," imbuhnya.
Sayangnya, basis dukungan Ganjar yang tak bertambah karena cenderung stagnan dari basis PDIP lama diakui oleh peneliti SMRC, Saidiman Ahmad. Oleh karena itu menurutnya, untuk mengejar ketertinggalan, Ganjar-Mahfud perlu menambah suara dari luar PDIP. Dia mengingatkan, Jokowi juga menang di Pemilu 2019 bukan hanya karena suara dari partai itu tetapi juga dari massa pendukung partai lain di koalisinya. Pekerjaan rumah ini harus segera dilakukan agar bisa mengejar ketertinggalan.
"Nah ini sekarang yang belum dimiliki oleh Ganjar-Mahfud. Basis utama pendukungnya masih pada pendukung PDI Perjuangan. Jadi belum keluar dari zona pendukung merah (PDIP)," kata Saidiman.
Tak bisa dipungkiri lanjutnya, Jokowi effect masih ada lantaran kinerja Jokowi menurut survei masih cukup baik di mata publik.