Logo Bloomberg Technoz

Solusi Fortinet Atasi Kesenjangan Keahlian Keamanan Siber


Ilustrasi perusahaan siber. (Dok: Bloomberg)
Ilustrasi perusahaan siber. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Dalam era digital yang semakin maju, keamanan siber menjadi salah satu isu yang paling mendesak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, dalam wawancara terbaru, mengungkapkan pandangannya mengenai kekurangan keterampilan di bidang keamanan siber dan sektor-sektor yang paling rentan terhadap ancaman ini.

Kekurangan Keterampilan di Bidang Keamanan Siber

Edwin Lim menyatakan bahwa meskipun kekurangan keterampilan di bidang keamanan siber di Indonesia tidak dapat dikategorikan sebagai "parah", namun ada ketergantungan dan kekurangan yang signifikan. "Kita mungkin bilang kurang, tapi kalau parah mungkin kita belum sampai ke level itu," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun situasi tidak seburuk yang dibayangkan, masih ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan keterampilan di bidang ini.

Perkembangan teknologi keamanan yang cepat menjadi salah satu faktor yang memperburuk situasi ini. Edwin mencatat bahwa evolusi produk keamanan yang ditawarkan oleh Fortinet telah meningkat pesat dalam sembilan tahun terakhir, dari hanya dua puluh produk menjadi enam puluh produk. "Artinya, begitu barang itu bergerak, makin banyak kebutuhan terhadap knowledge atau skill barang juga akan meningkat," jelasnya. Ini menunjukkan bahwa untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang, tenaga kerja di bidang keamanan siber harus memiliki pengetahuan yang lebih luas dan mendalam.

Sektor Ekonomi yang Paling Rentan

Dalam wawancara tersebut, Edwin juga menjelaskan sektor-sektor ekonomi yang paling rentan terhadap kesenjangan keterampilan keamanan siber. Ia menekankan bahwa ancaman keamanan tidak mengenal batasan sektor atau ukuran perusahaan. "Yang penting mereka hantam dulu," katanya. Namun, ada beberapa sektor yang lebih rentan dibandingkan yang lain.

  1. Pemerintahan: Edwin menyebutkan bahwa sektor pemerintahan adalah yang paling besar dan rentan. Data yang dikelola oleh pemerintah berhubungan langsung dengan jumlah penduduk, sehingga menjadi target yang menarik bagi para penyerang. "Data itu akan berharga kalau jumlahnya besar," tambahnya.

  2. Keuangan: Sektor keuangan juga menjadi target utama karena semua orang memiliki tabungan, baik dalam bentuk tradisional maupun digital. "Makanya kenapa financial juga menjadi satu target yang cukup besar," ujarnya. Ancaman terhadap sektor ini dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi individu dan institusi.

  3. Telekomunikasi: Sektor telekomunikasi juga tidak kalah penting. Edwin mencatat bahwa satu orang bisa memiliki lebih dari satu ponsel dan provider, yang membuat sektor ini sangat rentan terhadap serangan. "Jumlahnya mungkin akan lebih besar daripada jumlah penduduk Indonesia," jelasnya.

Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Keterampilan

Edwin Lim menekankan pentingnya program edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan di bidang keamanan siber. Fortinet telah meluncurkan program pelatihan yang tidak hanya berfokus pada produk mereka, tetapi juga mencakup kesadaran keamanan secara umum. "Kita juga punya program training, kita punya program edukasi," katanya. Program ini dirancang untuk membantu individu dan organisasi memahami dan mengatasi ancaman keamanan yang ada.

Edukasi dan pelatihan yang efektif diharapkan dapat mencetak tenaga kerja yang lebih terampil dan siap menghadapi tantangan di bidang keamanan siber. Edwin menambahkan bahwa pendekatan ini tidak hanya akan membantu dalam mengatasi kesenjangan keterampilan, tetapi juga akan memperkuat keamanan siber secara keseluruhan di Indonesia.

Kekurangan keterampilan di bidang keamanan siber di Indonesia merupakan tantangan yang perlu diatasi dengan segera. Sektor pemerintahan, keuangan, dan telekomunikasi adalah yang paling rentan terhadap ancaman ini. Melalui program edukasi dan pelatihan yang tepat, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan keterampilan di bidang keamanan siber dan melindungi data serta infrastruktur kritis dari ancaman yang semakin kompleks. Seperti yang diungkapkan Edwin Lim, "Kita harapkan bahwa kalau begitu kita masuk ke area edukasi, ya kita bisa mencetak skill yang lebih cepat." Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa Indonesia dapat bersaing di era digital yang semakin menantang.

(tim)