Logo Bloomberg Technoz

Rezim Kim Jong Un telah beberapa kali menembakkan rudal balistik sebagai bentuk kemarahan pada propoganda AS. Bulan lalu, Korut meluncurkan dua roket nuklir jarak pendek hanya beberapa menit setelah KCNA mengeluarkan pernyataan dari juru bicara Kementerian Pertahanan yang mengecam latihan militer gabungan AS-Korea Selatan dan mengancam akan melakukan pembalasan.

Ancaman terbaru ini memicu kekhawatiran saat Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menghadiri konferensi tingkat tinggi NATO. Yoon Suk Yeol mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Associated Press bahwa ia akan mencari bantuan dari para pemimpin NATO tentang bagaimana mencegah Pyongyang meningkatkan ambisi atomnya.

AS telah menerbangkan pesawat pengintai di dekat Korea Utara selama beberapa dekade dan memiliki jaringan satelit mata-mata yang mengawasi fasilitas-fasilitas utamanya. Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Pasukan AS di Korea Selatan tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Program Rudal Kim Jong Un | Jenis rudal balistik yang diuji oleh pemimpin Korea Utara. Sumber: Bloomberg

Yoon Suk Yeol dan Presiden Joe Biden dalam pertemuan puncak April lalu di Washington sepakat untuk mengerahkan lebih banyak aset nuklir AS ke wilayah tersebut. Presiden AS memperingatkan Kim Jong Un bahwa jika dia melakukan serangan nuklir, itu berarti akhir dari rezimnya.

Pada bulan Juni, AS mengirim kapal selam berpeluru kendali bertenaga nuklir ke Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir, sebagai bentuk unjuk kekuatan guna menghalangi Korut melakukan serangan militer. Korut berencana untuk mengirim satu kapal selam lagi dalam waktu dekat, kantor berita Yonhap melaporkan.

Korea Utara telah menembakkan lebih dari 90 rudal balistik selama 18 bulan terakhir ketika Kim meluncurkan senjata baru untuk melakukan serangan nuklir ke daratan AS dan sekutu-sekutu utama Amerika di wilayah tersebut, Korea Selatan dan Jepang.

- Dengan asistansi dari Shinhye Kang, Eunkyung Seo dan Seyoon Kim.

(bbn)

No more pages