Logo Bloomberg Technoz

Bahana Sekuritas melaporkan bahwa di Bali, salah satu destinasi liburan paling populer yang menyumbang sebagian besar total pengunjung asing di Indonesia, terjadi penurunan pemesanan hotel mewah pada periode Januari-Mei di tengah penurunan tajam wisatawan dari China.

Bahkan Singapura, yang optimistis bisa menghindari resesi dengan ledakan wisatawan tahun ini, juga mengalami penurunan kunjungan turis China. Menurut data pemerintah, jumlah turis dari China yang berkunjung ke negara itu selama Januari hingga Mei mencapai 310.901, dibandingkan dengan 1,55 juta pada periode yang sama pada 2019,

Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara (Sumber: Bloomberg)

Asia Tenggara bukan satu-satunya yang mengalami sepinya turis China. Jepang juga mengalami penurunan jumlah wisatawan China dibandingkan tahun-tahun sebelum pandemi.

Namun, Jepang telah menemukan kelompok pembeli baru yang menggantikan para pembelanja China yang dulunya dominan.

Raksasa ritel Jepang, Takashimaya mengatakan baru-baru ini bahwa turis non-China menyumbang hampir 70% dari total penjualan kepada pelancong antara Maret hingga Mei, dibandingkan dengan hanya 20% selama hari-hari pra-pandemi.

Tren itu menjadi contoh bagi negara-negara Asia Tenggara untuk  bisa mendiversifikasi target pasar dan mengakhiri ketergantungan pada pengunjung dari ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Qiu, seorang karyawan Perusahaan Tur Internasional GZTC yang berbasis di Guangzhou mengatakan pemesanan tur musim panas oleh China untuk tujuan Asia Tenggara tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari paruh pertama tahun ini.

Bahkan tujuan paling populer, seperti Singapura dan Malaysia, hanya mendapatkan 30% dari permintaan pra-pandemi selama liburan musim panas, sementara negara lain termasuk Thailand mencapai 10%, katanya.

Peningkatan kapasitas penerbangan yang lebih lambat juga menjadi penghambat pemulihan pariwisata. Kapasitas penerbangan antara China dan kawasan tersebut telah meningkat, tetapi sebagian besar rute masih jauh di bawah tingkat pra-pandemi kecuali Singapura, demikian menurut data dari perusahaan analitik penerbangan Cirium. 

Penerbangan dari China usai pandemi (Sumber: Bloomberg)

Eric Zhu dari Bloomberg Intelligence mengatakan kurangnya jumlah kelompok tur juga berkontribusi pada lambatnya pemulihan. Pada kuartal pertama tahun ini, hanya 1,6% orang China yang bepergian dalam grup tur yang pergi ke luar negeri, turun dari 30% dari periode yang sama tahun 2019, demikian data dari Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan China.

Namun, negara-negara dan pengamat industri optimistis bahwa wisatawan China akan mulai aktif pada paruh kedua tahun ini. Sementara angka saat ini cukup kecil, Singapura menantikan pertumbuhan berkelanjutan dalam kedatangan pengunjung China, kata juru bicara dewan pariwisata.

“Ini masih awal sejak China dibuka kembali,” kata Selena Ling, kepala ekonom di Oversea-Chinese Banking Co. “Saya berharap jumlah pengunjung China akan meningkat hingga paruh kedua tahun 2023.”

—Dengan asistensi Danny Lee, Daniela Wei, Momoka Yokoyama, Ram Anand, Ravil Shirodkar, Yudith Ho, Suttinee Yuvejwattana, Nguyen Xuan Quynh, Kevin Varley, Grace Sihombing, dan Claire Jiao.

(bbn)

No more pages