Logo Bloomberg Technoz

Tekanan di Pasar SUN Berlanjut, Rupiah Masih Sulit Berbalik Kuat

Ruisa Khoiriyah
10 July 2023 09:00

Ilustrasi uang rupiah, (Photo By johan10 via Envato)
Ilustrasi uang rupiah, (Photo By johan10 via Envato)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Mata uang Indonesia rupiah diperkirakan masih akan menghadapi tekanan eksternal yang berepisentrum dari arah bunga acuan bank-bank sentral utama dunia di sisa tahun ini. Tekanan di pasar obligasi dan pasar saham kemungkinan masih akan berlanjut dan menyulitkan rupiah untuk bangkit.

Pelaku pasar mengantisipasi kenaikan bunga acuan the Fed (FFR) sebanyak sebesar 25 bps pada Juli dengan probabilitas 92,4%, lalu disusul kenaikan kedua sebesar 25 bps ke kisaran 5,75% yang diperkirakan akan terjadi pada November atau Desember dengan probabilitas di atas 30%, meningkat dari perkiraan sepekan lalu.

Tekanan di pasar surat utang negara masih besar dengan pemodal mayoritas melepas SUN/INDOGB terutama untuk tenor pendek pada perdagangan terakhir pekan lalu dan diperkirakan akan berlanjut pekan ini. 

Pairing USD/IDR berhasil mencatat penguatan 0,94% point-to-point membawa nilai tukar rupiah kehilangan 202 bps dalam sepekan. Nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp15.135/US$ pada Jumat (7/7/2023). Dengan sentimen yang masih buruk di pasar obligasi global dan pasar surat utang dalam negeri, pelemahan rupiah hari ini sulit terbendung kendati di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) untuk sepekan ke depan pada Senin pagi ini tercatat penguatan rupiah 6 bps. 

"Berkaca pada koreksi pasar obligasi global yang masih berlanjut pada Jumat lalu, koreksi pasar obligasi domestik masih akan berlanjut hari ini dengan yield SUN/INDOGB 10Y akan tertekan menuju rentang 6,25%- 6,35%, yang diikuti depresiasi nilai tukar rupiah di rentang Rp 15.100-Rp15.200/US$," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas Indonesia dalam catatan pagi untuk para investor, Senin (10/7/2023).