Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga pangan dunia bergerak turun pada Juni 2023. Penurunan terjadi di komoditas gula dan produk gula, minyak nabati, serealia, serta produk susu (dairy). Sementara harga daging-dagingan relatif stagnan dibandingkan bulan sebelumnya.
Indeks harga pangan dunia keluaran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada Juni 2023 berada di 122,3. Turun 1,7 poin (1,4%) dibandingkan bulan sebelumnya.
“Tren penurunan berlanjut dan indeks Juni 2023 adalah 37,4 poin (23,4%) di bawah puncak yang terjadi pada Maret 2022,” sebut laporan FAO.

Untuk sub-indeks serealia, nilai pada Juni 2023 adalah 126,6. Turun 2,7 poin (2,1%) dibandingkan Mei 2023 dan 39,7 poin (23,9%) di bawah posisi Juni 2022.
Penurunan secara bulanan disumbangkan oleh seluruh komoditas serealia utama. Harga biji-bijian (grain) turun hingga 3,4%.
Kemudian harga produk jagung (maize) turun 5 bulan beruntun karena peningkatan pasokan dari Argentina dan Brasil. Sedangkan harga beras internasional turun 1,2% karena penurunan permintaan beras non-India.
Sub-indeks minyak nabati pada Juni 2023 tercatat 115,8, turun 2,9 poin (2,4%) dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak November 2020. Koreksi ini disebabkan oleh penurunan harga minyak sawit dan bunga matahari.
“Harga minyak sawit turun 2 bulan beruntun, karena prospek peningkatan produksi dan penurunan permintaan global,” sebut laporan FAO.
Kemudian sub-indeks dairy pada Juni 2023 ada di 116,8, turun 1 poin (0,8%) dibandingkan bulan sebelumnya dan 33,4 poin (22,2%) di bawah periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga keju internasional.
Lalu sub-indeks harga daging pada Juni 2023 adalah 117,9 poin, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Terjadi kenaikan harga daging unggas dan babi. Namun dibandingkan Juni 2023, sub-indeks ini turun 8,1 poin (6,4%).
Terakhir, sub-indeks gula dan produk gula berada di 152,2, berkurang 5,1 poin (3,2%) dari bulan sebelumnya. Ini menjadi penurunan pertama usai naik 4 bulan beruntun.
“Penurunan pada Juni sebagian besar disebabkan oleh panen tebu di Brasil yang positif pada musim 2023/2024 dan lemahnya permintaan global, terutama dari China. Namun, ada kekhawatiran terkait El Nino dan penguatan nilai tukar mata uang real Brasil, yang membuat koreksi harga gula menjadi terbatas,” ungkap laporan FAO.
(aji)