Meskipun turun di bawah 10 juta, jumlah lowongan kerja tetap jauh di atas jumlah sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data ekonomi terkini memberi sinyal bahwa pasar tenaga kerja AS tetap ketat sehingga memperbesar kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga untuk waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan.
Lebih lanjut, data Initial Jobless Claims memperlihatkan bahwa jumlah penerima tunjangan pengangguran pertama kali bertambah 12.000 menjadi 248.000 untuk minggu yang berakhir 1 Juli, secara umum sesuai dengan estimasi yang sebesar 245.000.
“Meskipun naik, data Initial Jobless Claims ini masih jauh di bawah rata-rata historisnya dan puncak tertingginya yang tercatat di tiga minggu pertama bulan Juni sehingga menambah panjang bukti bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data lapangan kerja Non-Farm Payroll meningkat 209.000 pada Juni, lebih rendah dari perkiraan para ekonom. Adapun perolehan pekerjaan selama dua bulan sebelumnya direvisi ke angka yang lebih rendah. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,6%, sementara pendapatan rata-rata per jam naik 4,4% dari tahun sebelumnya.
Kemudian, dari regional Asia, Penghasilan Tunai Rata-rata (Average Cash Earnings) di Jepang lompat 2,5% secara tahunan pada Mei, lebih cepat dari kenaikan 0,8% pada April dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar, 0,7%. Ini menandakan pertumbuhan selama 17 bulan beruntun seiring dengan tingginya permintaan tenaga kerja.
Namun demikian, laju kenaikan upah masih lebih rendah dari laju kenaikan inflasi yang mencapai 3,2% secara tahunan pada Mei sehingga jika disesuaikan dengan inflasi upah riil justru mengalami penurunan.
Dari dalam negeri, posisi Cadangan Devisa (CADEV) Indonesia pada Juni 2023 tetap tinggi sebesar US$137,5 miliar, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada Mei 2023 US$139,3 miliar.
Penurunan angka CADEV tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi CADEV tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi ke 6.716 disertai dengan munculnya volume penjualan, penutupan IHSG pun kembali berada di bawah MA-60.
“Posisi IHSG diperkirakan masih berada pada bagian dari wave c dari wave (i), hal tersebut berarti IHSG masih berpeluang berbalik menguat untuk menguji kembali rentang area 6.767–6.841,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (10/7/2023).
Herditya juga memberikan catatan, namun demikian, dapat dicermati akan adanya lanjutan koreksi IHSG yang akan menguji 6.677–6.696.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BRPT, IMJS, NSSS, dan TINS.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Jumat pekan kemarin IHSG melemah 0,6% ke 6.716, dengan investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp110,7 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak relative sideways pada hari ini, dengan support 6.680–6.650 dan resistance 6.795–6.850. Dengan saham rekomendasinya ialah AKRA, EXCL, BRIS, SMGR, ESSA, dan BUKA.
(fad/dhf)