Di dalam lima prinsip tesebut, salah satunya menyebutkan soal kewajiban untuk tidak menggunakan senjata di wilayah yang diakui secara resmi oleh Rusia. Senjata juga tidak bisa digunakan di daerah perkotaan yang bisa berdampak paling besar terhadap warga sipil.
Bom cluster merupakan senjata yang ditembakkan dari pesawat terbang atau artileri darat, rudal atau peluncur roket, yang menyebarkan bom yang dapat menyerang kendaraan berlapis baja atau personel, dan sangat efektif menyerang tentara yang bersembunyi di parit. Namun, bom-bom yang gagal meledak dapat menimbulkan bahaya, bahkan sampai puluhan tahun, bagi warga sipil.
Reznikov mengatakan Ukraina akan menggunakan senjata tersebut dengan pengawasan ketat, dan akan melakukan pembersihan ranjau di wilayah tempat bom diluncurkan "setelah meraih kemenangan."
"Kami akan melaporkan pada partner kami tentang penerapan dan efisiensi senjata untuk memastikan kontrol," katanya.
Di sisi lain, Rusia mengutuk keputusan AS yang dibuat oleh Joe Biden beberapa bulan setelah permintaan pertama Ukraina soal penggunaan bom cluster. Dalam pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, melalui juru bicaranya, ia mengatakan langkah itu adalah "manifestasi terangterangan dari tindakan agresif anti-Rusia oleh AS" yang bertujuan untuk mengulur konflik di Ukraina.
"Pengalaman menggunakan bom cluster di Timur Tengah dan wilayah lain di dunia menunjukkan bahwa unsur-unsurnya bisa tidak meledak untuk waktu yang lama, dan bisa meledak setelah konflik berakhir," kata Zakharova.
AS, Rusia, dan Ukraina termasuk di antara negara-negara yang tidak menandatangani Convention on Cluster Munitions, yang merupakan perjanjian internasional dari tahun 2010 yang bertujuan untuk melarang semua penggunaan, pengiriman, produksi, dan penimbunan senjata.
Inggris adalah satu dari 123 negara yang menandatangani perjanjian tersebut. Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan Inggris berkomitmen pada konvensi tersebut, namun mengatakan atetap akan terus mendukung Ukraina, seperti yang dilaporkan oleh BBC. Menteri Pertahanan Spanyol, sebagai negara lain yang menandatangani perjanjian tersebut, menegaskan senjata tersebut seharusnya tidak dikirim.
Pada hari Sabtu (8/7/2023), yang merupakan hari ke-500 invasi Rusia, Reznikov mengklaim Rusia telah menggunakan bom cluster "sejak hari pertama".
Reznikov menambahkan, Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, "dibombardir tanpa henti oleh Rusia dengan bom cluster" pada Februari hingga Maret 2022.
"Posisi kami sederhana. Kami perlu membebaskan wilayah kami yang diduduki sementara oleh Rusia, dan menyelamatkan nyawa rakyat kami. Sehingga, kami perlu menimbulkan kerugian pada musuh."
(bbn)