Bila dirinci, ekuitas start up ini selalu tergerus akibat rugi yang terjadi bertahun-tahun. Pada 2020, Akseleran mencatatkan rugi Rp54,71 miliar, lalu 2021 sebesar Rp30,39 miliar dan 2022 sebesar Rp22,48 miliar. Bahkan pada Januari 2023, perseroan juga mencatatkan rugi tahun berjalan Rp4,35 miliar. Akumulasi rugi tercatat Rp128,67 miliar.
Sementara itu dari sisi liabilitas Akseleran, didominasi oleh utang jangka pendek senilai Rp57 miliar pada akhir 2022. Sebagian dari utang jangka pendek ini diberikan oleh individu bukan lembaga. Di antara belasan kreditur, terdapat keluarga dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Salah satunya, Atika Makarim, ibu dari Nadiem yang menjadi kreditur setelah memberikan pinjaman Rp1 miliar kepada Akseleran. Perjanjian pinjaman berlaku selama satu tahun, mulai 25 Oktober 2022 hingga 30 April 2023.
Nono Anwar Makarim juga diketahui menjadi kreditur Akseleran dengan kucuran pinjaman Rp2,5 miliar. Ia adalah ayahanda Nadiem Makarim.
Tak ketinggalan saudara Nadiem Makarim, Hana Anwar Makrim, yang merupakan kreditur individu terbesar, mencapai Rp13,4 miliar. Pinjaman ini jatuh tempo pada 13 Oktober 2023.
Berikutnya ada Margareta, Anggraini Puspita Dewi, Amelia Octavia, Andrianus Hendrawan, dan Hutama Halim yang memberikan pinjaman kepada Akseleran antara Rp1 miliar sampai Rp3 miliar. Sementara dari lembaga ada PT Akar Inti Teknologi yang memberikan pinjaman Rp30 miliar.
Akseleran akan menggunakan dana hasil IPO untuk mengakuisisi PT Pratama Interdana Finance (PIF) senilai Rp36,5 miliar. Berikutnya dana Rp200 miliar akan disalurkan kepada PIF dalam bentuk ekuitas pasca akuisisi. Adapun sisa dana hasil IPO akan digunakan oleh Akseleran sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha.
(dba)