Joel Rosenblatt - Bloomberg News

Bloomberg - Elon Musk tengah menggugat firma hukum yang mewakili Twitter di pengadilan tahun lalu yang akhirnya memaksa milyarder tersebut menyelesaikan akuisisi platform media sosial itu. 

Menurutnya, firma hukum Wachtell Lipton Rosen & Katz secara tidak etis telah mengubah penghitungan biaya jasa hukum mereka di saat terakhir menjelang penyelesaian proses akuisisi Twitter oleh Elon Musk, sehingga ongkos jasanya mencapai US$90 juta. Demikian isi keluhan yang disampaikan dalam tuntutan X Corp, perusahaan Elon Musk yang menjadi pemilik Twitter sekarang, di pengadilan di San Francisco. 

Twitter saat itu setuju untuk membayar ongkos jasa hukum Wachtell dengan hitungan per jam demi membantu mereka memaksa Musk menyelesaikan akuisisinya. Namun cara pembebanan biaya seperti itu, yang lantas menghasilkan bonus raksasa bagi para pengacara Wachtell, dianggap merupakan tindakan yang tidak etis dan melanggar hukum California. 

Perwakilan Wachtell tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Persengketaan antara Twitter dan Musk ketika itu melibatkan puluhan pengacara dari kedua belah pihak selama berbulan-bulan. Beberapa di antaranya ada yang sampai harus dibayar sebesar US$1,000 per jamnya. Seorang profesor di Columbia University pernah berspekulasi bahwa total biaya pengacara untuk kasus itu bisa lebih dari US$1 milliar jika kasusnya berkepanjangan. 

"Menyadari sepenuhnya bahwa sedang tidak ada orang yang peduli pada kesejahteraan finansial Twitter saat itu, Wachtell secara efektif lantas mengisi kantongnya dengan menguras dana dari mesin kasir perusahaan sebelum kuncinya diserahkan ke pihak Musk," demikian isi tuntutan tersebut.

Sebagaimana diketahui,  CEO Tesla Elon Musk resmi menyelesaikan proses akuisisi Twitter Inc. senilai US$44 miliar atau Rp683 miliar. Dengan ini, Twitter resmi delisting dari bursa saham AS.

Setelah mengambil kendali Twitter, Elon langsung merombak jajaran pimpinan media sosial ini. Dia mencopot Chief Executive Officer Twitter Parag Agrawal; Head of Legal Vijaya Gadde, Chief Financial Officer Ned Segal,dan penasihat umum Twitter Sean Edgett.