Di pihak lain, Moskwa mengatakan tindakannya itu merupakan tanggapan atas dugaan AS merusak latihan bersama Rusia-Suriah yang sedang berlangsung di utara negara Timur Tengah itu.
"AS bertanggung jawab atas pelanggaran sistematis protokol dekonfliksi," menurut pernyataan Laksamana Muda Oleg Gurinov yang dirilis oleh kantor berita Rusia Interfax.
Militer AS tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar atas klaim Rusia.
Bentrokan baru itu berisiko memicu gejolak baru di medan pertempuran lama bagi AS dan Rusia, yang, bersama Iran, memasuki Suriah untuk membantu Presiden Bashar Al-Assad memerangi serangkaian faksi pemberontak yang berusaha menggulingkannya lebih dari satu dekade lalu.
Sekutu AS dan Eropa pada gilirannya mendukung lawan Assad yang mereka anggap moderat dan sekuler, sementara negara-negara regional seperti Qatar dan Turki mendukung kelompok-kelompok Islam tersebut.
Baru-baru ini, mitra AS dan Barat telah membantu pasukan Ukraina mendorong kembali invasi Rusia ke negara itu yang dimulai pada Februari tahun lalu.
Rusia, yang mempertahankan pangkalan udara dan angkatan laut di Suriah barat, melakukan intervensi di negara itu setelah pasukan AS memulai kampanye untuk mengusir kelompok teroris ISIS dari petak wilayah yang didudukinya di sepanjang perbatasan dengan Irak.
Meski telah mengumumkan kemenangan atas ISIS, AS masih mempertahankan sekitar 900 tentara di Suriah timur laut, yang dianggap Iran, Rusia, dan Suriah sebagai "pendudukan".
(bbn)