Beberapa korporasi yang tercatat di indeks MSCI ASEAN, termasuk dari Indonesia, diperkirakan akan mencatat pertumbuhan pendapatan 2,7% dalam 12 bulan ke depan. Lebih tinggi dibandingkan indeks MSCI China yang 1,4%.
"Jika Anda membeli [aset] Asia Tenggara di mana China tidak termasuk di dalamnya, Anda akan mendapatkan volatilitas lebih rendah, Anda juga akan mendapatkan visibilitas terkait pendapatan dan risiko gagal bayar (default)," kata Jenny Zeng, Chief Investment Officer untuk Asia Fixed Income di Allianz Global Investor dalam wawancara bersama Bloomberg TV, Kamis (6/7/2023).
Emisi Obligasi Capai Rekor
Sepanjang bulan lalu, penerbitan obligasi korporasi Indonesia mencetak rekor tertinggi dengan nilai emisi mencapai Rp8,2 triliun. Angka itu mencerminkan kenaikan 40% dibandingkan nilai emisi bulan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Kenaikan emisi obligasi itu berlangsung di tengah laju permintaan kredit baru korporasi yang mulai merangkak naik pada Mei, di mana itu bisa dilihat sebagai sinyal menggeliatnya ekspansi pelaku usaha di bawah bayang-bayang perlambatan ekonomi global.
"Pada awal tahun, tidak banyak alasan bagi korporasi untuk menaikkan belanja modal karena aktivitas perekonomian yang masih lambat dan adanya ketidakpastian. Namun, dengan kini perekonomian sudah mulai kembali melaju normal, korporasi mulai berpikir tentang ekspansi. Penerbitan obligasi itu bukan hanya untuk membantu refinancing akan tetapi juga untuk menutup kebutuhan belanja modal," jelas Angki Hendra.
Aktivitas manufaktur RI tercatat di zona ekspansi selama 22 bulan berturut-turut di mana pada Juni Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia naik signifikan ke 52,5 setelah sebelumnya melambat di 50,3 pada Mei. Indeks PMI Juni itu menjadi yang tertinggi dalam 18 bulan terakhir.
Pada Juli ini, beberapa perusahaan juga telah melancarkan penerbitan obligasi untuk berbagai keperluan, terutama untuk restrukturisasi utang dan pembiayaan ekspansi usaha. Di antaranya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai emisi obligasi hijau mencapai Rp5 triliun.
Lalu, PT Medco Energi Tbk (MEDC) dengan nilai emisi Rp1 triliun, disusul PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) bersama dengan Mora Telematika Indonesia merilis obligasi konvensional dan sukuk senilai total Rp2 triliun.
-- dengan bantuan Harry Suhartono dari Bloomberg News.
(rui/aji)