Smelter millik grup Amman dirancang untuk mengolah konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang. Kapasitas input awalnya diprediksi mampu 900.000 ton per tahun.
Fasilitas ini rencananya akan menghasilkan 222.000 ton katoda tembaga, 830.000 ton asam sulfat dengan konsentrasi 98%.
Selain itu, pemurnian logam mulia pada fasilitas ini akan menghasilkan sebanyak 18 ton emas batangan dengan kemurnian emas 99,9%; sebanyak 55 ton perak batangan dengan kemurnian perak 99,9%; serta sejumlah logam mulia lainnya.
Proyek smelter Amman seharusnya rampung pada tahun ini. Akan tetapi, pembangunannya mengalami hambatan berupa kendala logistik, mobilisasi pekerja, dan sejumlah faktor eksternal lainnya akibat pandemi Covid-19 dan krisis Eropa.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sudah menggarisbawahi akan benar-benar menyetop ekspor konsentrat tembaga segera setelah Freeport Indonesia dan Amman Mineral Internasional menyelesaikan pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter tahun depan.
“Kalau dua perusahaan besar ini selesaikan smelter-nya, berarti kita tidak lagi mengekspor tembaga mentah karena akan diolah di dalam negeri menjadi katoda tembaga,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidatonya, Selasa (20/6/2023). Dia mengharapkan kedua fasilitas tersebut dapat mulai berproduksi pada Mei 2024.
Amman menjadi salah satu dari lima perusahaan yang mendapatkan relaksasi ekspor konsentrat mineral hingga medio tahun depan, lantaran progres proyek smelter-nya sudah melebihi 50% per Mei tahun ini.
Sayangnya, hingga saat ini izin ekspor konsentrat tembaga untuk perusahaan tidak kunjung diterbitkan oleh pemerintah. Terkait dengan hal itu, Kartika mengatakan perusahaan terus berkomunikasi dengan kementerian terkait agar izin dapat segera dikeluarkan.
“Kami optimistis [izin ekspor akan segera diterbitkan] dan tidak mau berbicara di kemudian hari seperti apa. Kami mempersiapkan berbagai rencana. Namun, kami menyakini tembaga dibutuhkan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga dunia. Pemerintah sejauh ini sangat supportive terhadap industri,” ujarnya saat ditanya mengenai antisipasi Amman jika izin ekspor tidak segera dicairkan dalam waktu dekat.
Untuk tahun ini, lanjut Katika, perusahaan berkode saham AMMN menargetkan dapat memproduksi konsentrat tembaga sebanyak 1,1 juta ton, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2023. RKAB tersebut, lanjutnya, masih bisa direvisi.
(wdh)