Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, Korea Utara memang sempat mencoba meluncurkan satelit yang sempat menuai polemik dari sejumlah negara tetangganya. 
Sejumlah ahli persenjataan menilai, peluncuran tahap pertama roket yang diberi nama Chollima-1 -- nama kuda bersayap dalam mitologi Asia Timur, sempat berhasil. Kim Jong Un diduga menggunakan mesin berbahan bakar cair seperti sejumlah mesin pada rudal balistik antarbenua milik Korea Utara. Akan tetapi, roket tersebut mengalami kegagalan ketika mesin tahap kedua tidak menyala. 

Bulan lalu, Korea Selatan merilis foto-foto dari bagian roket Korea Utara yang berukuran 14,5 meter atau 48 kaki. Dua bagian yang ditemukan di perairan dengan kedalaman sekitar 70 meter tersebut berasal dari peluncuran tahap kedua yang gagal.

Korea Selatan berpotensi bisa mendapatkan sejumlah informasi signifikan jika berhasil memulihkan roket dan satelit yang membawa kamera tersebut.

Profesor Teknik Kedirgantaraan Institut Sains dan Teknologi Korea Selatan, Sejin Kwon mengatakan, satelit Korea Utara memang ditemukan hanya memakai teknologi yang sangat sederhana. Meski demikian, dia menilai, dunia tak bisa bisa meremehkan apa yang bisa dilakukan Korea Utara.

"Ini adalah satelit mata-mata pertama yang diluncurkan Pyongyang, dan kekurangannya dapat dimengerti," kata Kwon. 

"Namun fakta bahwa Korea Utara, yang tidak memiliki kontak dengan pihak luar, telah mencapai tingkat teknologi ruang angkasa ini patut diapresiasi."

Dia menambahkan bahwa hanya masalah waktu sebelum Korea Utara meningkatkan permainannya dengan pengintaian, "karena mereka tidak punya pilihan lain."

Peneliti Senior, David Schmerler juga mengatakan, suatu saat Korea Utara dapat saja berhasil meluncurkan dan menempatkan satelit pencitraan ke orbit. Pada saat itu, kata dia, Korea Utara kemungkinan besar mereka akan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh untuk menyempurnakan daftar penargetannya.

Sebelumnya, Korea Utara telah mengatakan, mereka ingin menggunakan satelit mata-mata untuk mengawasi fasilitas militer di Korea Selatan dan Jepang. Dua tempat tersebut diduga menjadi tempat Amerika Serikat menempatkan puluhan ribu personil tentaranya.

Amerika dan sekutunya sebenarnya sudah memperingatkan soal potensi bahaya rencana peluncuran satelit mata-mata Korea Utara. Program luar angkasa Kim Jong Un ini berpotensi menjadi pendukung dan pengembangkan teknologi rudal balistik mereka. 

PBB sendiri sudah melarang Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik. Akan tetapi, Pyongyang mengklaim, peluncuran satelit tersebut hanya program ruang angkasa sipil.

Di bawah Kim, Korea Utara memang terus melanjutkan ambisinya mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik. Mereka diduga mendapatkan sejumlah komponen dari beberapa negara meski sebenarnya sudah dilarang di bawah sanksi global.

(bbn)

No more pages