Hal ini juga dilakukan pada sejumlah desa di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Wabah antraks terjadi yang menyebabkan 93 orang sakit dan tiga orang meninggal dunia. Gunungkidul sendiri adalah kawasan endemi antraks yang kerap memiliki kasus positif sejak 2016.
Oleh sebab itu, Kemenkes meminta masyarakat dan seluruh fasilitas kesehatan, baik tingkat rumah sakit atau puskesmas, untuk mulai waspada terkait potensi penularan penyakit Antraks.
Karena Sembelih Ternak yang Sakit
Imran juga menjelaskan, wabah antraks Gunungkidul dipicu kegiatan masyarakat yang memotong, membagikan, dan mengkonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati. Hewan-hewan tersebut ternyata telah dijangkiti bakteri antraks.
Penyebab dari kematian warga tersebut disebabkan oleh penyembelihan sapi ternak yang telah sakit milik salah seorang warga, yang dilakukan pada 18 Mei lalu.
"Sapinya ini sakit. Kemudian disembelih, sapi ini lalu dibagikan dan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar," kata Imran dalam konferensi pers virtual, Kamis (6/7/2023).
Lalu, proses penyembelihan itu berlanjut pada 20 Mei. Ada juga seekor kambing milik salah satu warga yang mati, kemudian kembali disembelih dan dibagikan ke warga untuk dikonsumsi. Seiring itu, ada juga sapi milik SY yang mati, kemudian juga dibagikan ke warga untuk dikonsumsi.
Di sisi lain, Imran juga menyebut jika kasus Antraks di Gunungkidul itu juga bisa dikategorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
"Secara definisi, sebetulnya sudah bisa disampaikan ya [KLB], karena ada kematian. Tetapi kembali lagi ini adalah kewenangan [Pemerintah] daerah ya untuk bisa menyatakan KLB atau bukan,"
(ibn/frg)