"Tidak ada yang ingin menyimpan inventaris, dan saya pikir kita, sebagai dunia, akan menuju penutupan persediaan yang lebih rendah," kata Amrita Sen salah satu pendiri dan direktur penelitian di Energy Aspects dalam wawancara dengan Bloomberg TV bulan lalu. "Jika Anda bertanya kepada saya apa yang saya lewatkan tahun ini, itu adalah meningkatnya biaya modal dan apa yang terjadi pada pasar, yaitu destocking."
Biaya tambahan untuk penyimpanan minyak selama periode suku bunga tinggi yang berkelanjutan sangatlah mencolok.
Ambil dua kargo sebanyak dua juta barel dengan harga, katakanlah, US$80 per barel. Berdasarkan suku bunga sebesar 5%, pedagang akan dikenakan biaya US$8 juta per tahun dalam pembiayaan untuk mempertahankan konsinyasi.
Sehingga, dibutuhkan biaya tambahan sebesar 30 sen per barel setiap bulannya untuk menyimpan persediaan. Disinsentif untuk penyimpanan menjadi dua kali lipat saat nanti harga minyak diperdagangkan dengan diskon ke harga terdekat, sebuah struktur yang dikenal sebagai backwardation yang saat ini terjadi, karena artinya para trader terpaksa menjual rugi minyak yang mereka simpan.
Penyuling minyak, yang membeli minyak mentah dan kemudian menjual bahan bakar seperti bensin dan solar di kemudian hari, juga melihat keuntungan mereka terjepit oleh biaya pembiayaan yang lebih tinggi.
Hal ini meningkatkan kemungkinan dunia harus terbiasa dengan tingkat persediaan minyak yang lebih rendah.
"Biaya modal yang lebih tinggi memberi insentif de-stocking," tulis analis Goldman Sachs Group Inc. termasuk Callum Bruce dalam catatan baru-baru ini. "De-stocking berakhir setelah persediaan mencapai keseimbangan baru yang lebih rendah."
Bank memperkirakan suku bunga yang lebih tinggi telah menekan timespread utama, yang secara efektif berbentuk kurva berjangka, selama tiga tahun ke depan sebesar US$8 per barel. Para analis menambahkan, ini merupakan dampak terbesar dari jenisnya dalam beberapa dekade.
Menarik Fajar
Bull, yang optimismenya telah terbukti salah tempat sepanjang tahun ini, berpendapa bahwa penarikan stok minyak yang besar akan terjadi di pasar.
Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan minyak mentah OPEC dan jumlah persediaan lebih dari 30 juta barel per hari selama paruh kedua tahun ini.
Jumlah tersebut hampir 2 juta barel per hari, lebih banyak dari yang dipompa oleh organisasi tersebut bulan lalu. Sementara itu, unit riset energi pemerintah AS juga memprediksi penurunan stok di paruh kedua.
Optimisme mendasar itu harus secara bersamaan memerangi beberapa dampak negatif lain dari tingkat yang lebih tinggi.
Sejak kenaikan suku bunga pertama oleh Federal Reserve (bank sentral AS) harga minyak terus berada di bawah tekanan. Risalah dari pertemuan Fed bulan Juni lalu menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan setuju bahwa pengetatan yang lebih lanjut akan diperlukan tahun ini.
Di samping kekhawatiran bahwa konsumsi energi global akan menurun karena pertumbuhan ekonomi yang melambat, investor telah berbondong-bondong beralih ke aset yang memiliki imbal hasil lebih tinggi dan risiko yang dirasa lebih kecil. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, sekeranjang 16 ETF lintas komoditas berada di jalur untuk arus keluar tahunan terbesar setidaknya sejak 2006.
"Investor tidak perlu memburu imbal hasil secara agresif seperti yang kita lihat saat suku bunga rendah," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING Groep NV.
Pekan ini, para pemimpin OPEC+, Arab Saudi, dan Rusia menggandakan upaya untuk memperketat pasar, menjanjikan pengurangan pasokan yang berkelanjutan bulan depan. Bersamaan dengan tanda-tanda penurunan persediaan minyak di AS, bulls berpendapat bahwa periode penguatan pasar akan segera terjadi.
Pertanyaannya sekarang, apakah suku bunga yang lebih tinggi akan mendorong kekuatan tersebut dengan mengosongkan tangki penyimpanan.
"Ada biaya penyimpanan yang lebih tinggi, itu jelas benar," kata Gary Ross, seorang konsultan minyak veteran yang menajdi manajer hedge fund di Black Gold Investors LLC. "Anda tindak ingin membangun inventaris dengan ekonomi China yang pinjang dan suku bunga yang naik. Kami tidak punya pilihan karena pasokan lebih besar dari permintaan, tapi sekarang kami menarik stok."
(bbn)