Lain lagi dengan Partai Gerindra dan PKB dalam Koalisi Indonesia Raya. Prabowo belum menunjukkan sinyalemen akan mengumumkan cawapresnya dalam waktu segera. Sementara elite Gerindra yang juga anggota DPR Andre Rosiade saat ditemui di gedung DPR, Rabu (5/7/2023) mengatakan hingga saat ini cawapres yang paling kuat dipertimbangkan adalah Muhamimin Iskandar. Namun berbeda jika sekiranya Partai Golkar dan PAN bergabung maka bisa ada perubahan.
"Tentu Gus Muhaimin (Muhaimin Iskandar) jadi kandidat paling kuat cawapres dan beliaulah pemegang kunci inggris calon wakil presiden pak Prabowo," kata Andre.
Anies dan koalisi yang bergegas, Ganjar dan PDIP yang memilih mengulur mendekati pendaftaran dan Prabowo dengan Gerindra yang juga dalam posisi masih menunggu dinilai pengamat politik membuat dinamika semakin menarik.
Yang menarik, saat ini sedang ada gugatan di Mahkamah Konstitusi agar usia bakal cawapres diturunkan dari 40 tahun menjadi 35 tahun. Apabila MK mengabulkannya sebelum masa pendaftaran, dinilai akan membuat peta politik juga berubah. Ada nama yang selama ini diembuskan sebagai opsi bakal cawapres tetapi usianya di bawah 40 tahun yakni Gibran Rakabuming, putra Presiden Joko Widodo.
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menilai, Anies memang perlu segera mengumumkan cawapres demi mengamankan komposisi koalisi agar tetap bisa memenuhi syarat mendaftar ke KPU. Namun selain itu, koalisi ini juga perlu menyusun strategi kampanye dan melakukan sosialisasi lebih luas untuk paket capres-cawapres mengingat elektabilitas Anies dalam beberapa waktu terakhir terus turun.
Namun berbeda dengan PDIP dan Ganjar yang menurutnya sengaja menunggu untuk melihat dua pasangan pesaing. Dengan mengetahui "pemain" lain menjadi pertimbangan juga untuk memilih cawapres yang lebih strategis agar bisa mengungguli pesaing Ganjar nanti.
"Sehingga itu kan semua simulasi Ganjar dengan siapa sudah ada, bisa diperhitungkan dalam survei juga. Jadi ketika misalnya Anies sudah memilih, Prabowo sudah, tinggal kemudian nanti Ganjar dengan survei Internal bisa disimulasikan. Jadi itu trennya sudah bisa kebaca," kata Cecep pada saat dihubungi Kamis pagi (6/7/2023).
Untuk cawapres, Cecep menilai bahwa dengan membaca tren media dan perbincangan politik belakangan, nama Sandiaga Uno dan Erick Thohir cukup kuat untuk jadi pendamping Ganjar. Apalagi dua nama itu sepertinya mendapat endorsement dari Jokowi. Namun demikian bisa ada kemungkinan lain yaitu Ganjar-Sandiaga kemudian Prabowo-Erick Thohir apabila memang PAN akan merapat ke Koalisi Indonesia Raya.
"Jadi potensi Sandiaga terbuka ya di PDIP. Tapi dengan konsekuensi kalau sekarang Sandiaga cawapres, besar kemungkinan dia akan membuat tabungan politik buat 5 tahun ke depan. Sehingga di 2029 dia bisa maju untuk cpres. Tentu PDIP juga melakukan kalkulasi politik. Bisa sosok Sandiaga atau sosok tokoh Islam senior," katanya lagi.
Berbeda dengan Cecep, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai bahwa PDIP yang sengaja mengulur pengumuman cawapres bukan sekadar ingin menonton calon lain dahulu. PDIP ingin menggandeng lebih banyak partai di koalisinya.
Diketahui sejumlah partai memang sudah merapat ke PDIP dan mengatakan mendukung Ganjar seperti PPP, Perindo dan Hanura.
"Partai (pendukung) yang ada di parlemen baru PPP saja. Tampaknya ingin menarik partai lain. PPP mengusung Sandi sementara partai yang ingin bergabung dukung cawapres yang berbeda," kata Lili kepada Bloomberg Technoz.
Sementara Prabowo dinilainya tak mau buru-buru mengusung cawapres karena masih menunggu opsi selain Muhaimin, kawan satu koalisi itu. Lain lagi Anies yang ibarat tak punya pilihan. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu harus segera mengumumkan agar koalisinya tak bubar jalan.
(ezr)