Logo Bloomberg Technoz

Arief memastikan tugas penyaluran bantuan sosial (bansos) beras melalui Bulog selama tiga bulan terakhir sepenuhnya berasal dari hasil serapan dalam negeri. Untuk diketahui, Bulog diwajibkan mendistribusikan 210.000 ton beras per bulan untuk 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM). 

Barang bukti penyimpangan distribusi Cadangan Beras Pemerintah atau beras Bulog di Polda Banten Jumat (10/2/2023). (Bloomberg Technoz/ Rezha Hadyan)


Lebih lanjut, Arief menjelaskan saat ini pengelolaan cadangan pangan sudah memiliki landasan regulasi yang kuat melalui Peraturan Presiden No. 125/2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah.

"Dengan adanya Perpres tersebut, langkah strategis penguatan stok dan cadangan pangan kita bangun dengan menugaskan BUMN di bidang pangan, Bulog dan ID FOOD, untuk mengelola beberapa komoditas pangan pokok strategis yang ditangani pemerintah."

Untuk itu, Bapanas juga meminta Bulog menyiapkan sarana dan prasarana yang dimiliki untuk mengoptimalkan penyerapan produk petani pada saat panen terutama di wilayah sentra.

"Jadi Bulog dengan modern rice miling plant [MRMP]-nya yang ada di beberapa wilayah sentra produksi padi harus diisi dengan maksimal. Begitupula dengan corn dryer dan agar silo-silo tersebut mulai diisi, seperti di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang akan panen raya jagung itu menjadi momentum Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan," tutur Arief.

Sementara itu, anggota Komisi IV DPR RI Djarot Syaiful Hidayat kembali mengingatkan agar pemerintah mewaspadai ancaman El Nino yang berpotensi menurunkan produksi pangan. Risiko tersebut harus dimitigasi sehingga dampak kekeringan ekstrem terhadap sektor pangan dapat diminimalisir.

"Juli sampai Desember diperkirakan kita akan menghadapi El Nino. Ini jelas akan berpengaruh pada stok CBP karena hasil panen otomatis akan terganggu," ujarnya, Kamis (6/7/2023).

Produksi padi terancam turun hingga 5 juta ton karena El Nino dan bisa berdampak pada harga beras (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Direktur Utama Bulog Budi Waseso alias Buwas belum lama ini menyebut impor beras tahun ini belum tentu akan terealisasi sepenuhnya, termasuk rencana pengadaan 1 juta ton dari India.

Menurut Buwas, sapaan akrabnya, perjanjian kerja sama tambahan impor 1 juta ton beras dengan India hanyalah upaya untuk mengamankan suplai di tengah risiko El Nino, bukan untuk mengamankan mayoritas stok CBP.

Dia pun mengeklaim kondisi stok beras Indonesia untuk saat ini masih tergolong aman, meski serapan dalam negeri masih di bawah harapan. Dengan demikian, dia menegaskan tambahan impor beras belum perlu dilakukan dalam waktu dekat.

“Pelaksanaan [impornya] memang akan diserahkan ke Bulog. Namun,itu harus melewati rakortas [rapat koordinasi terbatas] dengan segala perhitungan-perhitungan. Rakortas kapan? Belumlah, kan belum emergency,” ujarnya, akhir Juni.

Terkait dengan kelolaan CBP, Buwas optimistis akhir tahun ini volumenya tidak akan kurang dari 1,2 juta ton, dengan tetap mengandalkan suplai dari produksi petani di dalam negeri.

“Kalau bisa dipenuhi dari dalam negeri ya kita enggak perlu impor,” lanjut mantan Kabareskrim Polri itu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia sepanjang 2022 mencapai 31,54 juta ton. Realisasi produksi sekitar 31 juta ton per tahun tersebut stagnan sejak 2019, setelah pada 2018 Indonesia sempat mencatatkan produksi sebanyak 33,94 juta ton.

(wdh/hps)

No more pages