Sementara itu, lonjakan harga CPO disebabkan oleh perkiraan penurunan produksi akibat El Nino. Menurut survei yang dilakukan Bloomberg dengan melibatkan 30 traders, harga CPO bahkan masih bisa naik lagi.
Median proyeksi survei tersebut menghasilkan angka hingga MYR 4.000/ton dalam 6 bulan ke depan. Artinya, ada potensi kenaikan 10% dari posisi saat ini.
Beberapa analis bahkan memperkirakan harga bisa naik lebih tinggi dari itu. Jika El Nino berlangsung secara moderat, harga bisa naik 20%.
“Jika lebih kuat, maka efeknya lebih besar lagi,” ujar Hoe Lee Leng, Head of Regional Plantations di RHB Investment Bank.
Kabar Baik
Bagi Indonesia, kabar ini tentu menjadi sentimen positif. Maklum, batu bara dan CPO adalah komoditas andalan ekspor Ibu Pertiwi.
Sepanjang Januari—Mei 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) bernilai US$ 20,62 miliar. Angka ini setara dengan 20,32% dari total ekspor nonmigas.
Di sisi lain, nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (yang dominan CPO) pada lima bulan pertama 2023 adalah US$ 10,7 miliar. Sama dengan 10,55% dari total ekspor nonmigas.
Komoditas juga berperan penting dalam penerimaan negara. Tren penurunan harga komoditas membuat setoran pajak melambat.
Penerimaan pajak Januari—Mei 2023 tumbuh 17,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jauh melambat dibandingkan Januari—Mei 2022 yang tumbuh 53,5%.
Perlambatan paling terlihat di sektor pertambangan. Penerimaan pajak dari sektor ini pada Januari—Mei 2023 tumbuh 62,9%. Periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya 259,7%.
“Dengan tren harga komoditas yang mulai turun, proyeksi pajak pertambangan diperkirakan menurun ke depannya,” kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, pekan lalu.
Penerimaan dari kepabeanan dan cukai pun turun drastis saat harga komoditas turun. Sepanjang Januari—Mei 2023, penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat Rp 118,36 triliun. Turun 15,64% dari periode yang sama tahun sebelumnya dan baru 39,04% dari target.
"Lingkungan global yang menyebabkan harga komoditas koreksi, dan ini terlihat dari bea keluar kita. Bea keluar CPO mengalami penurunan tajam 67,5%. Kemudian ada beberapa komoditas yang dilarang ekspor, sehingga bea keluar sangat terpengaruh," papar Sri Mulyani.
Dengan demikian, kebangkitan harga komoditas dalam sebulan terakhir bisa memberi angin segar. Pendapatan valas dari ekspor, setoran pajak, dan bea keluar bisa kembali meningkat.
(aji/wdh)