Logo Bloomberg Technoz

Yield SUN Turun Terendah Sejak 2021, Rupiah Bisa Lanjut Menguat

Ruisa Khoiriyah
05 July 2023 08:37

Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah masih banyak ketidakpastian di lingkup global, nilai tukar rupiah berhasil bertahan menyusul pamor dolar Amerika yang kemarin tergelincir karena lemahnya aktivitas manufaktur negeri Paman Sam pada Juni.

Sinyal pelemahan ekonomi AS dengan aktivitas manufaktur yang menurun ke zona kontraksi, memupus peluang Federal Reserve melanjutkan agresivitas pengetatan moneter yang bisa menjatuhkan perekonomian ke jurang resesi.

Hari ini, nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan penguatan dengan mulai goyahnya keyakinan pelaku pasar terhadap perkiraan kenaikan bunga acuan Federal Reserve hingga dua kali di sisa tahun ini.

Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas kenaikan bunga acuan Fed fund rate Juli ini sebesar 25 bps turun sedikit turun dari 86,8% menjadi 86,2%. Sedangkan probabilitas kenaikan pada Desember ke kisaran 5,5%-5,7% juga menurun dari 28,8% menjadi 27,8%.

Rupiah juga berharap kelanjutan suntikan energi dari keputusan pemerintah menurunkan perkiraan defisit APBN 2023 dari 2,84% menjadi 2,28% di mana itu berhasil memicu minat asing memborong surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun yang kemarin mencatat level terendah imbal hasil di level terendah sejak November 2021 di posisi 6,207, Selasa (4/7/2023).