Peristiwa penembakan sendiri menjadi bukti semakin tingginya ketegangan rasisme dan ketimpangan sosial di Prancis; terutama pada lingkungan campuran etnis. Oposisi pemerintah pun telah memanfaatkan krisis ini untuk menunjukkan bukti kegagalan Macron dalam menjamin keamanan publik dan mempersempit kesenjangan ekonomi.
"Video kerusuhan yang beredar di seluruh dunia merusak citra Prancis," kata Kepala Medef, Geoffroy Roux de Bézieux kepada surat kabar Le Parisien. "Tak mudah untuk mengatakan apakah dampaknya akan bertahan lama, tetapi pasti akan ada penurunan kunjungan musim panas ini, meskipun musim ini tampak menjanjikan. Banyak yang sudah membatalkan."
Jumlah penangkapan dari kerusuhan terus menurun hingga kini hanya tercatat sebanyak 72 orang. Angka ini jauh dari data puncak penangkapan yang terjadi pada Jumat (30/6/2023) yang mencapai 1.300 orang.
Menurut data pemerintah, jumlah kendaraan yang terbakar atau bangunan yang rusak menurun setiap malam sejak puncaknya pada Kamis (29/6/2023). Semua mengatakan hampir 3.500 orang telah ditangkap sejak kerusuhan dimulai sepekan lalu.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire bertemu dengan pemilik toko di kota Arpajon di selatan Paris untuk membahas dampak krisis. Berbicara kepada wartawan, ia mengatakan perusahaan asuransi Prancis telah setuju untuk memperpanjang penundaan bagi pemilik toko untuk mengajukan klaim kerusakan akibat kerusuhan menjadi 30 hari dari sebelumnya lima hari.
Le Maier menyebut perusahaan asuransi juga akan mempertimbangkan untuk mengurangi deductible pada klaim untuk bisnis independen yang mengalami kerugian paling parah karena bentrokan, dan berjanji akan membayar kompensasi secepat mungkin. Pemerintah juga dapat menghapus biaya sosial dan fiskal untuk pemilik toko yang paling terkena dampak.
"Jika toko Anda terbakar habis dan pekerjaan untuk membiayai kehidupan berubah jadi abu, negara harus berada di sisi Anda," katanya. "Kami akan melakukan semua yang diperlukan agar aktivitas ekonomi dapat dengan tenang meningkat lagi di Prancis secepat mungkin."
Selain gedung-gedung resmi, satu serangan khusus memicu kecaman. Yaitu ketika perusuh menabrakkan mobil yang terbakar ke rumah walikota L'Hay-les Roses di pinggiran kota Paris. Istri dan dua anaknya yang masih kecil melarikan diri dari rumah melalui pintu belakang.
Kerusuhan yang terjadi di Prancis merupakan ujian lain bagi Macron setelah mendorong peningkatan usia pensiun yang diikuti oleh pemogokan dan protes selama berbulan-bulan. Foto-foto polisi antihuru-hara yang kembali turun ke jalanan semakin menodai reputasi negara, berpotensi menambah kerugian ekonomi saat pemerintah menghadapi tekanan untuk memulihkan keuangan publik.
Kerusuhan buruh dan demonstrasi di jalanan sering terjadi di Prancis, tetapi terlihat lebih intens dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mencerminkan perpecahan yang terjadi pada masyarakat Prancis. Sebelum protes soal usia pensiun dan pendemi, apa yang disebut sebagai gerakan 'Yellow Vest' telah menyebabkan kerusakan properti yang luas.
Sementara Nahel, yang nama belakangnya dirahasiakan oleh pihak berwenang dimakamkan pada Sabtu di Nanterre, kampung halamannya. Ia ditembak hingga meninggal dunia dari jarak dekat di kota tersebut. Petugas polisi yang menembaknya telah didakwa dengan pembunuhan dan dalam penahanan pra-sidang. Laurent-Franck Lienard, pengacara pelaku, mengatakan kepada radio Europe 1 bahwa polisi tersebut yakin ia perlu melayangkan tembakan.
--Dengan asistensi dari William Horobin.
(bbn)