PBB telah berulang kali mengutuk pembatasan Taliban terhadap warga Afghanistan wanita; seperti larangan melanjutkan pendidikan di atas kelas enam sekolah dasar, bekerja di pemerintahan atau sektor swasta, mengunjungi taman, hingga menggunakan pusat kebugaran. PBB mengatakan "hampir tidak mungkin" bagi masyarakat internasional untuk membenarkan langkah yang dilakukan pemerintah Taliban.
Bekerja di rumah sakit sebagai perawat dan dokter kini menjadi satu-satunya pekerjaan bagi para perempuan di Afghanistan. Pembatasan tersebut memaksa perempuan diam-diam bekerja dari rumah sebagai guru dan penata rias.
"Taliban tidak menganggap perempuan sebagai manusia, tetapi sebagai komoditas untuk dimiliki dan ditindas," kata Jamila Afghan, seorang aktivias hak-hak perempuan Afghanistan yang melarikan diri dari negara tersebut dan kini tinggal di Turki.
"Larangan terbaru akan berdampak pada ribuan penata rias dan menutup ratusan toko kecantikan di seluruh negeri," kata dia.
(bbn)