Perusahaan pemurnian di China, yang mendominasi pengolahan kobalt, sangat bergantung pada material yang berasal dari tambang-tambang di RDK. Sekelompok ahli dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan meningkatnya kekerasan di RDK bagian timur dapat semakin mengacaukan stabilitas saat negara ini bersiap untuk pemilihan umum pada Desember nanti.
Di sisi permintaan, adopsi baterai lithium iron phosphate, atau LFP, yang bebas kobalt yang lebih murah, menjadi ancaman. Kekhawatiran etis tentang produksi kobalt dari RDK juga telah mendorong pergeseran dari kobalt dalam kimia katoda. Namun, kobalt masih sangat penting mulai dari bahan kedirgantaraan hingga magnet.
Terakhir kali China menimbun kobalt adalah pada tahun 2020 ketika membeli 2.000 ton untuk cadangan komoditas strategisnya, guna mengatasi gangguan pasokan di RDK karena Covid-19.
- Dengan bantuan dari Winnie Zhu.
(bbn)