Bloomberg Technoz, Jakarta - Sepanjang tahun berjalan 2023 ini, aksi penggalangan dana di pasar modal melalui penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) sangat meriah, seiring dengan perekonomian dalam negeri yang semakin membaik.
Bersamaan dengan aksi tersebut, otoritas terus mempermudah secara regulasi bagi perusahaan-perusahaan yang ingin memperluas ekspansinya melalui listing di Bursa Efek Indonesia. Akan tetapi, kemudahan proses IPO dan segelintir persyaratannya seakan-akan menjadi pisau bermata dua.
Sampai dengan 27 Juni 2023 atau semester I-2023 telah tercatat 43 perusahaan baru yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia dengan dana yang dihimpun mencapai Rp43,76 triliun.
Hingga saat ini berdasarkan data OJK, terdapat 65 perusahaan dalam pipeline atau antrian dalam proses pencatatan saham di Bursa dengan potensi total dana mencapai Rp42,64 triliun.
Fatur Aria, Investment Specialist Mirae Asset Sekuritas Indonesia memaparkan, otoritas Bursa berkomitmen untuk memudahkan calon emiten untuk melantai di papan pencatatan saham dengan memasukkannya ke papan khusus (Akselerasi), tentu dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Seperti keadaan perusahaan tersebut boleh masih merugi asalkan memiliki proyeksi keuntungan yang jelas.
“Tentu ini menjadi tugas kita sebagai investor yang ingin membeli saham IPO untuk selalu teliti dalam membaca prospektus perusahaan, serta mengamati kriteria-kriteria emiten tersebut masuk ke dalam papan apa,” jelas Fatur kepada Bloomberg Technoz, Selasa (4/7/2023).
Sebagai gambaran, PT Menn Teknologi Indonesia Tbk dengan kode emiten MENN yang listing pada papan Akselerasi dengan harga penawaran Rp78/saham pada Maret tahun ini.
Hingga Selasa (4/7/2023), saham MENN amblas ke bawah Rp50, tepatnya Rp47/saham. Anjlok 40% dari harga IPO.

Sementara PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR) yang listing pada papan Pengembangan dengan harga penawaran Rp100/saham, juga sudah ambles 50% ke Rp50/saham.
Baru-baru ini ada PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI) dan PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk (KLAS) yang keduanya listing pada Juni kemarin, MAXI dan KLAS memasang harga Rp100/saham, dan Rp146/saham.
Adapun hingga hari ini, kedua saham tersebut sudah menetap pada jajaran top losers dengan anjlok 50% dan 28%. Sekarang harganya Rp50/saham, dan Rp102/saham.
Untuk itu, Fatur menegaskan agar investor mencermati dengan seksama setiap perusahaan yang akan melantai di papan pencatatan Bursa Efek Indonesia. Ditambah lagi pada tahun ini banyak perusahaan yang antre untuk melangsungkan aksi korporasi IPO.
Ketika memesan dan membeli saham IPO pada masa seperti saat ini, investor juga harus memperhatikan secara sektoralnya. Fatur menyebut, investor harus selalu update berita terkini terkait sektor apa yang potensial dalam beberapa tahun ke depan.
"Perusahaannya bagus, profit bertumbuh, tapi secara sektoralnya sedang tidak sehat. Ini dapat jadi perhitungan penting. Kemudian investor juga jangan FOMO, hanya mementingkan hype semata, jangan buru-buru menilai sebuah perusahaan," ujarnya.
Adapun berikut saran dan tips dalam analisis saham IPO bagi investor sebelum membelinya.
- Analisis mendalam fundamental perusahaan dan rangkum prospektus saham IPO-nya
- Mencermati Rasio Profitabilitas, Analisis Arus Kas, valuasi Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV), serta bandingkan dengan sektoralnya.
- Perhatikan tujuan IPO dan penggunaan dana hasil IPO-nya akan digunakan untuk apa saja.
- Cermati masa-masa Book Building, oversubscribe atau undersubscribe, hingga penentuan harga offeringnya.
- Perhatikan track record Penjamin Emisi calon emiten.
Selain itu, Fatur juga mengatakan sentimen pasar secara makro ekonomi, ekspansi ke depan, dan paparan bisnis dari emiten terkait juga dapat mempengaruhi pergerakan harga pada masa mendatang.
“Sebagai catatan juga untuk investor, membeli saham IPO bersifat high risk, pahami risikonya terlebih dahulu. Apakah profil risiko si investor sudah tepat atau belum,” pungkasnya.
(fad/aji)