"Sehubungan dengan PMTHMETD ini, Saham Baru Perseroan akan dikeluarkan kepada satu atau beberapa investor yang bermaksud memiliki Saham Baru Perseroan, yang pada tanggal diterbitkannya Keterbukaan Informasi ini belum ditentukan pihak-pihaknya sehingga belum dapat diungkapkan pada Keterbukaan Informasi ini," tulis keterbukaan informasi.
Adapun harga pelaksanaan private placement akan ditentukan dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Nomor 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat serta memperhatikan Lampiran II Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-00183/BEI/12-2018.
Rencananya, kedua aksi tersebut akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 8 Agustus 2023.
Sebagai informasi, bank yang dikendalikan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia ini mencatatkan rugi bersih Rp206,96 miliar pada periode Januari-Mei 2023. Kerugian tersebut turun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp616,85 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan Bank Neo Commerce, kerugian yang terjadi dalam 5 bulan tersebut menambah akumulasi saldo rugi menjadi Rp1,95 triliun. Hal ini menggerus ekuitas sehingga tersisa Rp3,6 triliun pada akhir Mei 2023.
Laporan keuangan mengungkapkan penyebab kerugian karena adanya peningkatan beban kerugian nilai aset keuangan menjadi Rp964,18 miliar pada periode Januari-Mei 2023. Nilai ini meningkat lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan setahun sebelumnya yang tercatat Rp280,94 miliar.
Berikutnya beban lain-lain tercatat Rp376,47 miliar dan beban tenaga kerja Rp121,53 miliar. Akumulasi beban yang terjadi mencapai Rp1,36 triliun dan tidak bisa ditutupi dengan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tercatat Rp1,15 triliun.
Bank ini telah mencatatkan rugi lebih dari 2 tahun berturut-turut. Pada 2022 lalu, BBYB mencatatkan rugi Rp789,06 miliar, sementara pada 2021 rugi tercatat Rp982,24 miliar.
(dba)