Namun, dia menegaskan hingga saat ini belum ada angka pasti mengenai porsi pembagian PI antara Pertamina dan Petronas lantaran belum adanya penandatanganan kesepakatan.
“Kalau tidak salah sih rencananya 20% Pertamina dan 15% Petronas. Keputusan ada pada mereka, Pertamina harus lebih banyak [porsinya],” kata Soetjipto ketika ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin (3/7/2023).
Shell sebelumnya memegang 35% PI dan memutuskan untuk hengkang dari proyek Blok Masela pada 2020. Perusahaan asal Belanda itu meninggalkan Inpex Corporation yang mengantongi 65% PI.
Tidak Langsung Terlibat
Lebih lanjut, Dwi Soetjipto menyebut Petronas bisa saja tidak langsung terlibat dalam pengelolaan blok migas di Maluku tersebut. Ada kemungkinan Pertamina bersama dengan Inpex yang akan melakukan eksploitasi terlebih dahulu.
Dia menambahkan penandatanganan kesepakatan kerja sama Petronas dan Pertamina kemungkinan dilakukan dalam waktu dekat. Kedua belah pihak diketahui sudah sepakat dengan nilai kerja sama tersebut dan nilai alih kelola dari Shell.
“Kemungkinan sih pertengahan Juli 2023 deal ya. Mengenai masalah valuasinya sudah deal. Berapa bayar berapa juga sudah deal,” ujarnya, tanpa mengelaborasi nominal yang disepakati.
Tidak hanya SKK Migas, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya juga memastikan Petronas bergabung dengan konsorsium pengelolaan Lapangan Abadi Blok Masela bersama Pertamina.
Arifin juga menegaskan sudah ada kesepakatan dengan Shell selaku pemegang 35% hak PI proyek ladang gas tersebut. Proses alih kelola dari Shell ke konsorsium Pertamina dan Petronas akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Mungkin saya mulai dengan [Lapangan Abadi Blok] Masela. Alhamdulillah sudah ada titik temu, jalan keluar Shell mau melepas sahamnya ke Pertamina. Konsorsiumnya akan terbentuk antara Inpex [Corporation], Pertamina, dan Petronas. Itu akan dieksekusi akhir bulan ini,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi VII DPR RI, medio Juni.
Lapangan Abadi Blok Masela berlokasi di Laut Arafura, sekitar 650 km dari Maluku dan 170 km dari Kepulauan Babar dan Tanimbar. Kontrak kerja blok tersebut diteken sejak 16 November 1998 dan berakhir pada November 2028 atau selama 30 tahun.
Proyek gas tersebut sudah mendapatkan kompensasi waktu selama 7 tahun dan perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.
Akumulasi produksi dari Lapangan Abadi Blok Masela sepanjang 2027—2055 ditaksir mencapai 16,38 tcsf atau 12,96 tcsf untuk komersial, serta 255,3 mmstb untuk kondensat. Adapun, total cadangan terbukti di blok tersebut mencapai 18,54 tscf dengan perkiraan investasi pengembangan senilai US$19,8 miliar.
(wdh)