Logo Bloomberg Technoz

The Fed Mungkin Batal Kerek Bunga Acuan karena Hal Ini

Ruisa Khoiriyah
04 July 2023 09:50

Jerome Powell, Chairman US Federal Reserve (Bloomberg)
Jerome Powell, Chairman US Federal Reserve (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kegelisahan pasar menghitung penyesuaian ekspektasi terhadap rencana kenaikan bunga acuan Federal Reserve masih belum akan berujung setidaknya sampai beberapa data ekonomi penting Amerika dirilis dalam rentang waktu satu dua pekan ini. Selama rentang waktu itu, tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih akan besar.

Bank sentral Amerika Serikat dijadwalkan akan menggelar Federal Open Meeting Committee (FOMC) pada 26 Juli nanti untuk menentukan kebijakan moneter lanjutan. Mayoritas pelaku pasar bertaruh bila The Fed akan menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps ke level 5,5% dengan probabilitas hampir 90%. 

Sementara itu kenaikan bunga acuan puncak The Fed akan tercapai pada November (probabilitas 32,6%) atau Desember (probabilitas 29,7%) sebanyak 25 bps ke posisi 5,75%.

Dinamika ekspektasi pelaku pasar itu berlandasan pada data terakhir pengendalian inflasi di Amerika. Pada akhir pekan lalu, data inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) Mei memperlihatkan posisi di 4,6%, turun tipis dari bulan sebelumnya 4,7%. Sedangkan inflasi umum PCE melambat ke 3,8%.

Akan tetapi, perkiraan kenaikan bunga acuan The Fed masih membutuhkan konfirmasi data lanjutan dari perkembangan upaya penjangkaran inflasi. Tidak tertutup kemungkinan The Fed akan kembali menahan bunga acuan atau tidak jadi menaikkan Fed fund rate pada bulan ini apabila data inflasi memperlihatkan kemajuan yang menjanjikan.