Kemitraan antara Indonesia dan Western Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral penting (critical minerals), mengingat Australia Barat memiliki cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai electric vehicle (EV). Australia akan menjadi pemasok Lithium dan Indonesia akan menjadi pemasok Nikel, di mana keduanya merupakan komponen utama dalam produksi EV.
"Kedua negara dapat berkontribusi lebih besar pada 'global value chains' untuk memasok kebutuhan baterai dan mineral penting global," ujar Duta Besar RI Canberra Siswo Pramono.
Indonesia diproyeksikan menjadi manufacturing powerhouse (pusat pengolahan) dengan potensi cadangan nikel dan tenaga kerja Indonesia yang berlimpah, dengan kemudahan akses berbagai bahan baku seperti litium dan didukung oleh standar dan keahlian dari Australia.
Menteri Koordinator Airlangga Hartarto menilai penandatanganan Rencana Aksi ini merupakan hal yang penting untuk menangkap peluang dan mempertemukan pihak yang terlibat dalam sektor mineral kritis dengan pihak yang mendukung pembiayaan guna mewujudkan kerja sama yang lebih konkret.
Peluncuran Rencana Aksi direncanakan akan dilakukan pada bulan September 2023 di Jakarta dalam kegiatan Dialog Tingkat Tinggi Tahunan, dimana Perth akan menjadi penyelenggara pada pertemuan tahun berikutnya.
(evs)