"Pasar kendaraan listrik yang sedang berkembang menegaskan peluang investasi yang luar biasa. Kami antusias menjadi bagian terdepan dalam transisi energi hijau ini," ujar Helen dalam risetnya, dikutip Selasa (4/7).
Helen mengatakan, AC Ventures berkomitmen untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak lain guna melebihi target energi terbarukan Indonesia.
"Termasuk juga menciptakan masa depan dengan emisi yang lebih rendah dan berkelanjutan yang lebih baik," ujarnya.
Lanjutnya, berdasarkan laporan yang disusun AC Ventures bersama AEML, ada kombinasi faktor penting yang membuka jalan pertumbuhan pasar kendaraan listrik, mulai dari peningkatan permintaan dari konsumen, kebijakan pemerintah, serta perkembangan teknologi baru yang mendongkrak performa dan menekan biaya secara keseluruhan.
Selain itu, kendaraan listrik di Indonesia menawarkan efisiensi 75% lebih tinggi dan biaya operasional yang jauh lebih rendah bagi para pelaku bisnis.
Faktor tersebut dinilai dapat menghadirkan potensi yang besar bagi mobilitas kendaraan listrik di Indonesia untuk tumbuh dengan tingkat tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 58,5% hingga 2030.
"Selain itu, kendaraan listrik juga memiliki kemampuan untuk secara signifikan mengurangi impor energi negara ini, yang saat ini mencapai total 35 miliar dolar setiap tahun," ucapnya.
Ketua Umum AEML Dannif Utojo Danusaputro menegaskan pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah, organisasi internasional, pemangku kepentingan, dan asosiasi lainnya dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Dannif menegaskan koordinasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan lagi jumlah pengguna kendaraan listrik, seiring menyuarakan kampanye positif soal EV.
"Misi kami adalah mengelektrifikasi mobilitas di Indonesia didasarkan pada panggilan untuk melindungi lingkungan dengan mengurangi polusi bagi generasi masa depan," ujar Dannif.
(yun/evs)