Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sepertinya belum ada energi tambahan untuk membantu nilai tukar rupiah berbalik menguat hari ini dengan tekanan yang masih mengintai pasar surat utang dan bursa saham.

Rupiah akan mencoba bertahan agar pelemahan melampaui Rp15.000/US$ tidak terperosok semakin jauh dengan dukungan data makroekonomi domestik yang memperlihatkan resiliensi di tengah ketidakpastian global yang semakin tinggi. Inflasi inti Juni secara bulanan tercatat naik 0,12%, lebih tinggi ketimbang Mei sebesar 0,06%, mencerminkan masih bertahannya daya beli masyarakat di tengah sinyal perlambatan ekonomi yang kian kuat. 

"Inflasi IHK pada Juni terutama dipengaruhi oleh inflasi inti sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat seiring penambahan hari cuti bersama Iduladha di mana penyumbang utama kenaikan inflasi inti adalah komoditas kontrak dan sewa rumah," jelas Bank Indonesia dalam pernyataan resmi dikutip Selasa (4/7/2023).

Hari ini, nilai tukar rupiah juga berharap sokongan dari gelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang ditargetkan menyerap Rp6 triliun, lebih rendah dari target lelang sukuk sebelumnya. Meski, perkiraan animo pelaku pasar di pasar primer kemungkinan masih relatif lesu seperti lelang SUN pekan lalu yang mencatat incoming bids anjlok sampai 50%.

Tingkat imbal hasil atau yield SUN tenor 10 tahun ditutup naik ke kisaran 6,237% pada Senin (3/7/2023). Sedangkan yield tenor 2 tahun turun ke 5,9%, lalu 5 tahun juga turun ke 5,886%, disusul tenor 15 tahun yang juga turun 6,438% dan tenor 20 tahun 6,571%.

Secara teknikal nilai rupiah hari ini masih berpotensi melemah. Dengan koreksi terbatas di antara area Rp15.054-Rp15.080/US$. Indikator MA-200 menjadi support terkuat rupiah untuk menahan laju pelemahan lanjutan pada level Rp15.217/US$. Sedangkan, trendline garis ungu dan MA-100 menjadi resistance penguatan, tertahan pada level Rp15.010-Rp14.978/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 4 Juli (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Dalam perdagangan pertama bulan Juli, nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 bps ke posisi Rp15.025/US$ di tengah aksi jual di pasar surat utang negara dengan kenaikan yield SUN tenor 10 tahun, sementara SUN tenor 2, 5, 15 dan 20 tahun mencatat penurunan mencerminkan minat yang masih terjaga di tenor tersebut.

Keyakinan pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan bunga acuan pada Juli ini disambung kenaikan lagi sekitar kuartal IV-2023 semakin menguat menyusul data inflasi negeri itu yang hanya melemah tipis, masih jauh dari target bank sentral. Ekspektasi itu menguatkan dolar AS dan memberi tekanan lebih besar pada valuta yang menjadi lawannya.

Di sisi lain, keberhasilan Indonesia menapak lagi posisinya sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, ditambah inflasi yang sudah terkendali target Bank Indonesia, tak mampu memberi energi lebih besar bagi otot rupiah agar mampu melawan dominasi the greenback.

Indeks dolar AS ditutup menguat ke 102,988 pada Senin kemarin. Pagi ini pukul 8:36 WIB, indeks dollar AS terpantau melemah tipis ke kisaran 102,975.

-- dengan analisis teknikal dari M. Julian Fadli.

(rui)

No more pages