Secara teknikal nilai rupiah hari ini masih berpotensi melemah. Dengan koreksi terbatas di antara area Rp15.054-Rp15.080/US$. Indikator MA-200 menjadi support terkuat rupiah untuk menahan laju pelemahan lanjutan pada level Rp15.217/US$. Sedangkan, trendline garis ungu dan MA-100 menjadi resistance penguatan, tertahan pada level Rp15.010-Rp14.978/US$.
Dalam perdagangan pertama bulan Juli, nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 bps ke posisi Rp15.025/US$ di tengah aksi jual di pasar surat utang negara dengan kenaikan yield SUN tenor 10 tahun, sementara SUN tenor 2, 5, 15 dan 20 tahun mencatat penurunan mencerminkan minat yang masih terjaga di tenor tersebut.
Keyakinan pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan bunga acuan pada Juli ini disambung kenaikan lagi sekitar kuartal IV-2023 semakin menguat menyusul data inflasi negeri itu yang hanya melemah tipis, masih jauh dari target bank sentral. Ekspektasi itu menguatkan dolar AS dan memberi tekanan lebih besar pada valuta yang menjadi lawannya.
Di sisi lain, keberhasilan Indonesia menapak lagi posisinya sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, ditambah inflasi yang sudah terkendali target Bank Indonesia, tak mampu memberi energi lebih besar bagi otot rupiah agar mampu melawan dominasi the greenback.
Indeks dolar AS ditutup menguat ke 102,988 pada Senin kemarin. Pagi ini pukul 8:36 WIB, indeks dollar AS terpantau melemah tipis ke kisaran 102,975.
-- dengan analisis teknikal dari M. Julian Fadli.
(rui)