Pada Juli 2020, sentimen positif datang secara internal maupun eksternal. Kala itu, IHSG bangkit ke teritori ekspansif lantaran mendapat pengaruh dari pemerintah yang membentuk Komite Kebijakan Nasional untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.
Pasar merespon positif dengan hadirnya komite tersebut, optimisme bertumbuh dalam mempercepat akselerasi perekonomian lebih cepat lagi. Dari eksternal, sejumlah negara di dunia juga bergerak aktif terkait dengan dana pemulihan senilai miliaran dolar AS untuk kebangkitan sejumlah perekonomian.
Adapun sentimen selanjutnya datang dari Bank Indonesia (BI) di mana cadangan devisa Indonesia pada Juni 2020 silam tercatat meningkat menjadi US$131,7 miliar atau lebih tinggi dari sebelumnya US$130,5 miliar pada Mei 2020.
Menurut catatan BI, posisi ini hampir mendekati rekor tertinggi cadangan devisa Indonesia sepanjang sejarah yang mencapai US$131,98 miliar pada Januari 2018 waktu itu.
Adapun peningkatan ini merupakan peningkatan bulanan yang ketiga berturut-turut sejak April 2020 atau semenjak guncangan terjadi karena Covid-19.
Untuk Juli 2023, ada beberapa sentimen dan katalis yang dapat mempengaruhi gerak IHSG. Rilis data inflasi Indonesia periode Juni 2023 berada pada level 0,14% secara bulanan (month-to-month/mtm). Lebih tinggi ketimbang Mei 2023 yang sebesar 0,09% mtm.
Sementara itu, inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) tercatat pada level 3,52%. Melandai dibandingkan dengan inflasi Mei 2023 sebesar 4% yoy. Angka inflasi ini berhasil turun ke level terendah sejak April 2022.
Selain inflasi, juga terdapat rilis data aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI).
Tercatat, aktivitas manufaktur Indonesia berhasil melanjutkan tren fase ekspansi pada Mei–Juni. S&P Global melaporkan, PMI Indonesia pada Juni 2023 berada pada level 52,5. Meningkat positif dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,3 sekaligus jadi peningkatan yang tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir.
Hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada Juni 2023 membawa kabar positif. Permintaan tinggi terjadi solidnya angka pemesanan baru (new orders) mendorong peningkatan produksi dan menciptakan lapangan kerja yang meningkat dalam laju tercepat dalam 9 bulan terakhir.
Manufaktur menjadi penting untuk menjadi perhatian pelaku pasar. Sebab, manufaktur adalah kontributor utama pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Ketika sektor ini tumbuh, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut tumbuh.
Ini adalah bulan ke-22 secara berturut-turut pertumbuhan aktivitas manufaktur dalam tren ekspansif.
Selanjutnya pada Juli ini akan terdapat agenda laporan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), angka penjualan eceran atau ritel, neraca perdagangan termasuk angka ekspor dan impor Indonesia. Termasuk akan ada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terkait suku bunga acuan.
Jika dibandingkan dengan indeks regional, atau rekan-rekannya di Asia, Straits Times Index Singapore mencatatkan rata-rata naik 0,66%. Senada, Bursa Malaysia KLCI Index juga mencatatkan kenaikan 2,19%. Korea Stock Exchange KOSPI Index juga menguat 0,52%.
Jika mencermati lebih lanjut, kenaikan paling tinggi dihadapi oleh Bursa Malaysia KLCI Index dengan kenaikan mencapai 2,19% pada Juli dengan rata-rata perdagangan saham dalam 5 tahun terakhirnya.
Adapun sentimen yang mempengaruhi laju indeks utama Malaysia saat ini adalah, tingkat inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB). Di mana tingkat inflasi tercatat melandai menjadi 2,8% yoy pada Mei 2023 dari level 3,3% yoy pada bulan sebelumnya, dan angka inflasi ini terendah sejak Mei 2022.
Selanjutnya adalah pertumbuhan perekonomian Malaysia yang mencetak kenaikan di atas ekspektasi pada kuartal I-2023 didorong kuatnya permintaan domestik, yang membuat langkah bank sentral baru-baru ini untuk mengembalikan suku bunga ke tingkat pra-pandemi menjadi tepat.
Bank Negara Malaysia (BNM) dan Departemen Statistik negara tersebut melaporkan PDB untuk periode Januari-Maret meningkat 5,6% dari 2022 kemarin.
(fad/aji)