Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu dengan menteri kabinet utama hingga larut malam pada Minggu (2/7/2023) dalam upaya menyusun tanggapan terhadap kekerasan yang menguji otoritas dan kemampuan presiden dalam melakukan reformasi. Ia menugaskan 45.000 polisi, pasukan khusus dan kendaraan lapis baja yang dikerahkan di lokasi bentrokan yang menyebabkan ratusan bangunan umum dan toko-toko rusak atau dijarah, di kota-kota termasuk Paris, Marseille, Lyon dan Strasbourg.
Dilaporkan oleh Agence France-Presse setelah pertemuan dengan kabinet Macron pada Selasa (4/7/2023) akan dihadiri 220 wali kota Prancis untuk membahas situasi tersebut.
Kerusuhan yang terjadi di Prancis merupakan ujian lain bagi Macron setelah mendorong peningkatan usia pensiun yang diikuti oleh pemogokan dan protes selama berbulan-bulan. Foto-foto polisi antihuru-hara yang kembali turun ke jalanan semakin menodai reputasi negara, berpotensi menambah kerugian ekonomi saat pemerintah menghadapi tekanan untuk memulihkan keuangan publik.
"Yang perlu dilakukan Macron adalah mengembangkan kebijakan substantif untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh para pemuda ini," kata Vivien A. Schmidt, seorang profesor integrasi Eropa di Universitas Boston, via email. "Sayangnya, mau bagaimanapun, tidak jelas apakah (Macron) tahu apa masalahnya."
Nenek dari Nahel meminta warga untuk berhenti melakukan kerusuhan, mengatakan kepada BFM TV pada Minggu bahwa perusuh telah menggunakan kematian sang cucu pada 27 Juni hanya sebagai "dalih".
Juru bicara pemerintah Prancis Olivier Veran mengatakan "tidak ada pesan politik" dalam penggeledahan sebuah toko pada malam hari. "Saya tidak menyebut penjarahan ini sebagai sebuah gerakan," katanya kepada Radio France Inter.
Kerusuhan yang sebagian besar dilakukan oleh pemuda dari lingkungan kelas pekerja, sekali lagi memperlihatkan jurang sosial. Beberapa bentrokan yang paling parah terjadi di kota pelabuhan Marseille, yang dikunjungi Macron pekan lalu dan menjanjikan bantuan bagi proyek-proyek komunitas.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire pada Sabtu (1/7/2023) menghitung kerusakan sekitar puluhan pusat perbelanjaan dan lebih dari 700 supermarket, bank, dan toko-toko. Beberapa di antaranya hancur menjadi puing-puing. Menjelang puncak musim turis di musim panas, negara-negara termasuk Inggris telah memberlakukan peringatan perjalanan (travel warning) ke Prancis.
Oposisi Prancis telah memanfaatkan krisis yang terjadi sebagai bukti bahwa pemerintah gagal menjamin keamanan publik dan kesenjangan ekonomi.
Politisi termasuk pemimpin sayap kanan Marine Le Pen mengutuk salah satu serangan khusus yaitu saat mobil yang terbakar ditabrakkan ke rumah Wali Kota L'Hay-les-Roses di pinggiran Kota Paris. Stephane Hardouin, seorang jaksa penuntut umum mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki percobaan pembunuhan setelah pasangan wali kota dan dua anak kecil melarikan diri dari rumah melalui pintu belakang.
Perdana Menteri Elisabeth Borne dan Menteri Dalam Negeri Gerald Damanin mengunjungi kota tersebut pada Minggu. "Kami akan terus menertibkan secepat mungkin," kata Borne. "Tidak ada wali kota yang akan ditinggalkan sendirian."
Kerusuhan buruh dan demonstrasi di jalanan sering terjadi di Prancis, tetapi terlihat lebih intens dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mencerminkan perpecahan yang terjadi pada masyarakat Prancis. Sebelum protes soal usia pensiun dan pendemi, apa yang disebut sebagai gerakan 'Yellow Vest' telah menyebabkan kerusakan properti yang luas.
Kerusuhan berskala nasional yang terjadi di Prancis mendorong Macron untuk menunda kunjungan kenegaraan yang jarang dilakukan oleh seorang presiden Prancis ke Jerman. Di mana Kanselir Olaf Scholz menyebut bentrokan tersebut sebagai hal yang "sangat mengecewakan".
Sementara Nahel, yang nama belakangnya dirahasiakan oleh pihak berwenang dimakamkan pada Sabtu di Nanterre, kampung halamannya. Ia ditembak hingga meninggal dunia dari jarak dekat di kota tersebut. Petugas polisi yang menembaknya telah didakwa dengan pembunuhan dan dalam penahanan pra-sidang. Laurent-Franck Lienard, pengacara pelaku, mengatakan kepada radio Europe 1 bahwa polisi tersebut yakin ia perlu melayangkan tembakan.
--Dengan asistensi dari Max Reyes, Iain Rogers dan Jenny Che.
(bbn)