Bloomberg Technoz, Jakarta - Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) menegaskan kembali langkah mengoptimalkan hilirisasi industri di Indonesia. Setelah menyetop ekspor bahan mentah untuk nikel dan bauksit, Jokowi akan lanjut menyetop ekspor bahan mentah tembaga.
"Ini nikel sudah setop, saya sudah sampaikan juga bauksit di Desember kemarin bauksit setop bulan Juni (2023), nanti sebentar lagi mau saya umumkan lagi tembaga (ekspor bahan mentah) setop tahun ini," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya di acara Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Jokowi mengingatkan hilirisasi adalah kunci untuk mendapatkan nilai tambah bagi kemajuan sebuah negara. Oleh karena itu harus konsisten dilakukan walaupun menghadapi tantangan termasuk gugatan di WTO seperti yang terjadi pada nikel.
"Jangan kita hanya senang karena keberhasilan di nikel, ya nikel memang menjadi sebuah contoh dari yang dulu waktu kita ekspor mentahan di US$ 1,1 miliar saat masih mengekspor mentah di 2022. Perkiraan saya sudah di angka berapa pak Luhut? Kira-kira US$ 30-33 miliar bayangkan dari yang Rp17 triliun kemudian melompat menjadi Rp 450 triliun, betapa nilai tambah itu sangat besar sekali. Sehingga saya sampaikan kepada menteri setiap rapat, jangan tengok kanan kiri lurus terus hilirisasi, digugat di WTO terus, kalah tetap terus," kata Presiden.
Hilirasasi minerba dan migas ini juga diingatkan akan menjadi penentu dan pertaruhan sebuah negara bisa menjadi negara maju. Dampak hilirisasi juga akan menambah PDB dan lapangan kerja.
"Saya berikan contoh saja indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit itu kita nomor 3 di dunia, mentahan yang kita ekspor tapi ekspor alumuminum kita nomor 33, mentahnya nomor 3 kok barang setengah jadinya nomor 33 apalagi ekspor panel surya itu kita nomor 31 padahal bahannya ada di sini. Dan kalau ini kita kerjakan yang namanya panel surya itu nilai tambahnya sampai 194 kali. Nikel tadi 30 kali ini bisa 194 kali. Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan," lanjutnya.
Kepala Negara dalam kesempatan itu mencontohkan China yang menjadi penghasil panel surya nomor 1 di dunia walaupun hanya nomor 18 pengekspor bahan mentahnya. Ironisnya barang mentah itu berasal dari Indonesia.
"Terus barangnya ini dari mana ini, bahan mentahnya dari mana ini 80% lebih dari kita. Hati-hati nanti bauksit setelah kita setop ini, saya tengak-tengok belum ada yang gugat, karena kita dulu-dulu kalau digugat itu takut banget," ujarnya.
(ezr)