Logo Bloomberg Technoz

China mulai mendorong kontrak jangka panjang LNG pada tahun 2021, setelah hubungan dengan AS membaik. Tahun lalu impor turun sebagian karena permintaan yang lebih lemah di tengah pembatasan Covid, namun importir China kembali melakukan upaya tersebut setelah invasi Ukraina memotong pipa gas ke Eropa.

Harga yang melambung tinggi dan persaingan global pada LNG telah memberikan pelajaran pada China tentang perlunya pasokan yang stabil. Demi ketahanan energi, China melakukan diversifikasi impor dari berbagai negara lain sebagai bantalan terhadap gangguan geopolitik lebih lanjut.

Beberapa importir lain, termasuk India, juga ingin menandatangani lebih banyak kesepakatan untuk menghindari krisis di masa depan dan mengurangi ketergantungan pada pengiriman dari pasar spot. Di tengah upaya beberapa negara, China mengunci kontrak dengan laju yang jauh lebih cepat. Sejauh tahun ini, 33% volume LNG jangka panjang telah ditandatangani untuk masuk ke China, menurut perhitungan Bloomberg.

Pada bulan lalu, perusahaan milik negara China National Petroleum Corp. menandatangani kesepakatan 27 tahun dengan Qatar dan mengambil bagian dalam proyek ekspansi besar-besaran eksportir ini, sementara ENN Energy Holdings Ltd. meneken kontrak berdurasi puluhan tahun dengan pengembang AS, Cheniere Energy Inc. Pasokan dari kedua kontrak tersebut dijadwalkan akan dimulai paling cepat pada tahun 2026.

China Tandatangani Kontrak Impor LNG Jangka Panjang Lebih Banyak Ketimbang Pesaing (Bloomberg)

Qatar juga sedang dalam pembicaraan dengan beberapa pembeli dari China untuk kontrak penjualan yang dapat berlangsung lebih dari 20 tahun. Sinopec adalah salah satu perusahaan yang sedang mengadakan pembicaraan berinvestasi dalam pengembangan gas di Arab Saudi, kemungkinan termasuk pembangunan fasilitas mengekspor bahan bakar, demikian dilaporkan Bloomberg pada Mei lalu.

Kesepakatan-kesepakatan ini akan membantu memasok belasan terminal impor baru yang dijadwalkan akan mulai dibangun di kota-kota pesisir China dalam dekade ini. Impor LNG negara ini dapat meningkat hingga 138 juta ton pada tahun 2033, sekitar dua kali lipat dari tingkat saat ini, menurut konsultan Norwegia Rystad Energy.

"Saat ini, lebih dari separuh permintaan LNG China dari tahun 2030 sampai 2050 masih belum dikontrak," kata Xi Nan, seorang analis Rystad.

Semakin banyak kesepakatan yang ditandatangani China, semakin besar kontrol yang dimilikinya atas pasokan LNG global. China sudah memainkan peran kunci dalam menyeimbangkan pasar, menjual kembali pengiriman LNG kepada pembeli yang paling membutuhkan ketika permintaan di dalam negeri lemah, dan tren tersebut akan berkembang seiring dengan dimulainya kesepakatan-kesepakatan baru dalam dekade ini.

"Pembeli yang lebih besar dan lebih mapan biasanya memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemain yang lebih kecil atau pemain baru," kata Xi Nan dari Rystad. "Melanjutkan penandatanganan kontrak jangka panjang adalah keputusan yang logis."

(bbn)

No more pages