Logo Bloomberg Technoz

Inflasi AS Hanya Turun Sedikit, Tekanan pada Rupiah Masih Besar

Ruisa Khoiriyah
03 July 2023 08:56

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah memulai Juli dengan optimisme setelah keluar sebagai valuta dengan kinerja terbaik di Asia dengan capaian return 3,84% selama semester I-2023. Ekspansi manufaktur Indonesia yang mencetak rekor tertinggi dalam 18 bulan terakhir juga sebenarnya bisa memberi energi lebih besar bagi penguatan nilai rupiah.

Akan tetapi, sentimen global kemungkinan masih akan lebih besar menekan pamor mata uang Indonesia dengan naiknya probabilitas kenaikan bunga acuan Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS) di sisa tahun ini. Itu akan memberi tekanan besar pada pergerakan nilai tukar rupiah dalam menghadapi dolar AS hari ini.

Inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) Amerika pada Mei lalu hanya turun tipis menjadi 4,6% dari 4,7% di bulan sebelumnya di kala inflasi umum PCE negeri itu mencatat perlambatan sesuai ekspektasi pasar di level 3,8%.

Data terbaru indeks yang menjadi acuan utama kebijakan bunga The Fed tersebut langsung melonjakkan ekspektasi pelaku pasar bahwa kenaikan Fed fund rate pada akhir Juli ini hampir pasti terjadi dengan probabilitas hingga 87,4%. Yaitu naik ke level 5,5%.

Sementara itu, para pelaku pasar dan analis juga semakin yakin The Fed akan melanjutkan kenaikan bunga acuan sebesar 25 bps pada November atau Desember nanti ke level 5,75% dengan probabilitas lebih dari 30%. Ekspektasi itu akan melejitkan pamor dolar Amerika dan secara otomatis menekan mata uang yang menjadi lawannya.