Ini adalah bulan ke-22 secara berturut-turut pertumbuhan aktivitas manufaktur dalam tren ekspansif, dan menjadi yang tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir.
Selanjutnya sentimen yang akan mempengaruhi IHSG datang dari global, Indeks yang mengukur tingkat pengeluaran pribadi Amerika dan menjadi indeks yang dicermati oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam perang menjinakkan inflasi, tercatat turun pada Mei ditandai dengan stagnasi belanja konsumen.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) hanya naik 0,1% pada Mei, dari sebelumnya 0,6% pada April sebagaimana laporan Departemen Perdagangan pada Jumat waktu setempat.
Secara tahunan, level itu melaju ke level terlambat dalam kurun waktu lebih dari dua tahun terakhir. Indeks ini melandai menjadi 3,8%, dari sebelumnya 4,3%.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, penguatan pasar juga didorong oleh keyakinan bahwa Pemerintah Tiongkok akan menopang pertumbuhan ekonomi sehingga membantu investor menggeser fokus perhatian mereka dari risiko seputar suku bunga dan Rusia.
Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengatakan, Tiongkok sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan 5% tahun ini. .
“Li Qiang juga mengatakan pertumbuhan di kuartal II-2023 diprediksi akan lebih tinggi dari pertumbuhan di kuartal I-2023 dan Pemerintah Tiongkok akan meluncurkan kebijakan yang efektif untuk memperbesar permintan dalam negeri dan membuka pasar Tiongkok bagi investor asing,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Menurut Eswar Prasad mantan kepala IMF divisi China, Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Bank Rakyat China (PBOC) perlu melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut jika pemulihan ekonomi negara terus melemah tahun ini.
Termasuk mengandalkan langkah-langkah yang ditargetkan. Salah satunya seperti menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang dapat mendorong pertumbuhan dan lapangan kerja. PBOC juga dapat mempercepat ekspansi kredit oleh perbankan dan sistem keuangan non-bank.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup flat ke 6.661 pada perdagangan akhir bulan Juni kemarin, koreksi dari IHSG masih disertai dengan munculnya volume penjualan dan pergerakannya pun belum mampu menembus MA-20 nya.
“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan masih berada pada bagian dari wave b dari wave (i), sehingga IHSG masih rawan melanjutkan koreksinya untuk menguji rentang 6.600–6.632,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (3/7/2023).
Herditya juga memberikan catatan, meskipun indeks nantinya menguat, diperkirakan masih akan cenderung terbatas ke rentang 6,670-6,697.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ADRO, BBRI, INDF, dan MAPI.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Selasa pekan kemarin IHSG melemah 0,04% ke 6.661, dengan investor asing mencatatkan net buy sebesar R175 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways pada hari ini, dengan resistance 6.770–6.680 dan support 6.650–6.630 Dengan saham rekomendasinya ialah BBTN, BFIN, LINK, DRMA, JSMR, dan ERAA.
(fad)