Pada ekonomi terbesar nomor 2 dunia, perlambatan sektor properti di China sedikit menunjukkan tanda-tanda perbaikan, meskipun pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk membangkitkan industri tersebut. Penjualan rumah baru masih terkontraksi 32,5% pada Januari dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya, menurut data awal dari China Real Estate Information Corp. yang diterbitkan pada Selasa, dikutip Bloomberg News.
Para pejabat telah mengambil berbagai langkah untuk mempermudah pendanaan bagi para developer perumahan yang kekurangan dana dalam beberapa bulan terakhir.
Otoritas setempat juga telah berupaya untuk mendorong pembelian rumah, termasuk dengan memotong suku bunga KPR dan mempermudah syarat uang muka. Langkah-langkah tersebut sepertinya akan sulit meningkatkan penjualan hingga pertengahan tahun, menurut analis Bloomberg Intelligence Kristy Hung.
Prospek terkontraksi yang sedang berlangsung di pasar properti China adalah ancaman potensial menurut pandangan Nomura Holdings Inc. tentang pertumbuhan tahun ini.
Menurut para ekonom yang dipimpin oleh Ting Lu dalam catatan tanggal 31 Januari. Mereka menyebutkan narasi resmi bahwa "rumah adalah tempat untuk ditinggali bukan untuk diperdagangkan" dan penurunan harga menjadikan sebuah rem pada tingkat permintaan yang spekulatif.
Harga perumahan juga terus berguguran pada pasar Australia dan Selandia Baru pada Januari, dengan penurunan yang kemungkinan akan terus berlanjut karena kedua pasar properti ini belum merasakan dampak secara keseluruhan dari kenaikan suku bunga tahun lalu.
Banyak rumah di Selandia Baru menggunakan suku bunga hipotek tetap yang belum beralih ke suku bunga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, para ekonom memprediksi harga rumah akan turun lebih jauh dan akan setidaknya 20% di bawah puncaknya pada akhir 2021 pada awal 2024.
Di ibu kota Wellington, harga properti sudah turun 18,1% dari setahun sebelumnya, menurut data CoreLogic. Di kota terbesar Auckland, harga properti juga menunjukkan penurunan 8,2%.
Ini cerita sama yang tengah terjadi di Australia, di mana terjadi lonjakan tingkat pembayaran pinjaman bagi mereka yang hipoteknya beralih ke suku bunga yang lebih tinggi pada tahun ini, dan diprediksi akan membebani konsumsi, menurut laporan oleh Bloomberg Intelligence.
Pembayaran atas 15% dari pinjaman rumah bisa melonjak lebih dari 80% ketika suku bunga tetap mereka yang sangat rendah berakhir, jelas analis Mohsen Crofts dan Jack Baxter dalam laporan tersebut. Mereka memperkirakan dampak terhadap pendapatan rumah tangga setara dengan 2,2% dari penjualan ritel.
Pasar perumahan di Singapura dilaporkan hanya turun sedikit, dan menjadikan Singapura lebih tahan terhadap gejolak dibandingkan pasar lainnya. Harga rumah tercatat naik 0,4% pada kuartal IV-2022, ini merupakan laju terlambat dalam lebih dari dua tahun, menurut data yang ditunjukkan pekan lalu.
Meskipun demikian, sebagian penurunan berasal dari kurangnya peluncuran properti baru, dan analis mengharapkan pemulihan penjualan akan segera terjadi setelah pasokan meningkat nantinya. Pembeli kelas menengah ke atas juga akan menjadi penopang pasar.
Satu tanda baik datang dari pasar Hong Kong, yang mulai terlihat tanda-tanda pemulihan pasar properti seiring dengan pembukaan kembali perbatasan dengan Tiongkok. Penjualan rumah baru di kota ini mungkin akan naik lebih dari 50% pada tahun ini, didukung penuh oleh permintaan yang sebelumnya sempat tertahan dari pembeli Tiongkok, menurut Bloomberg Intelligence.
(bbn)