Logo Bloomberg Technoz

"Sementara itu, inflasi inti diperkirakan berkisar 2,67% yoy dari bulan sebelumnya 2,66% yoy," ujar Josua.

Josua juga memperkirakan gejolak inflasi inti pada Juni berada diangka 2,67%, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,66 dan juga hasil dari media estimasi ekonom yang sebesar 2,65%. Sementara, untuk inflasi harga yang diatur oleh pemerintah diperkirakan aakn cenderung tetap rendah, sejalan dengan turunnnya harga BBM jenis Pertamax beberapa waktu lalu.

"Hingga akhir tahun 2023, inflasi diperkirakan akan terjangkar dalam kisaran 3,0-3,5% yoy,"

Secara umum, laju inflasi tahunan RI sejauh ini menurut Josua masih terkendali dengan baik dan ekspektasinya sudah mengarah ke titik tengah kisaran target Bank Indonesia. Ia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini berada pada kisaran angka 5-5,1%, di dorong oleh peningkatan konsumsi Ramadahn dan Idulfitri pada April lalu.

"Dalam rangka mempertahankan momentum pertumbuhan, pemerintah perlu mendorong teejaganya daya beli masyarakat dengan optimalisasi belanja bansos serta disaat bersamaan mendorong stabilisasi harga pangan untuk memitigasi dampak El Nino yang berpotensi mendorong kenaikan harga pangan," tuturnya.

Di sisi lain, ia juga memperingatkan ancaman dalam menjaga pertumbuhan tersebut. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada 2023 ini cendering melambat ke kisaran 4,8%-5%. Angka ini terbilang lebih rendah dibandingkan pada 2022 yang berada pada 5,3%.

Perlambatan itu, menurutnya, akibat dari pertumbuhan investasi yang cenderung moderat pada awal tahun ini, yang juga disusul oleh masuknya perhelatan pemilu pada 2024 mendatang.

"Dalam sejarahnya, penyelenggaraan pemilu cenderung mendorong perlambatan investasi, terutama dari sisi investor asing. Potensi perlambatan ekonomi juga berasal dari normalisasi harga komoditas global, sehingga ekspor utama komoditas Indonesia cenderung mengalami penurunan," ujarnya.

(ibn)

No more pages