"Biji-bijian tidak hanya penting untuk memberi makan orang-orang Rusia, tetapi juga menjadi ekspor utama yang meningkatkan soft power Rusia," kata Scott Reynolds Nelson, seorang profesor sejarah di University of Georgia. "Menjadi pengeskpor gandum nomor satu dunia adalah prestasi yang dipahami dengan baik di Moskow."
Menurut PBB, Rusia mengekspor sekitar US$10 miliar biji-bijian dalam setahun sebelum perang di Ukraina terjadi. Meskipun angka tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan pendapatan besar dari sektor energi, kepentingan Rusia lebih dari sekadar pendapatan. Pembeli utama adalah negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara, yang menahan diri untuk tidak bergabung dalam memberlakukan sanksi dan secara langsung menentang Rusia di PBB.
"Seluruh orientasi Rusia adalah mempertahankan Global South di pihak mereka," kata Christopher Granville, direktur pelaksana di perusahaan riset TS Lombard dan mantan diplomat.
Strategi gandum Rusia telah mengikuti jalur yang familiar yakni mendapatkan pangsa pasar dan kemudian menggunakannya untuk memperbesar pengaruh. Kesepakatan 'safe-corridor' Ukraina untuk mengirimkan biji-bijian, yang disetujui Rusia setelah tekanan besar-besaran yang disusul dengan invasi, sekali lagi terancam.
Putin mengatakan awal bulan ini bahwa ia mempertimbangkan untuk menghapus pakta yang memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam. Ia mengatakan bahwa Rusia telah "tertipu sekali lagi".
"Kami sekarang memikirkan tentang bagaimana bisa keluar dari apa yang disebut dengan kesepakatan biji-bijian ini," katanya, menambahkan bahwa Rusia telah mendukung pakta tersebut 'untuk mendukung negara-negara berkembang--teman-teman kami--dan untuk mencabut sanksi yang dibebankan pada sektor agrikultural kami.' Produk pertanian Rusia tidak secara langsung dikenai sanksi tetapi sanksi pada bank menyebabkan masalah keuangan dan logistik bagi eksportir biji-bijian.
Dengan dimulainya panen gandum besar lainnya, Rusia diperkirakan akan mengirimkan jumlah yang melebihi rekor sebelumnya untuk tahun kedua selama berturut-turut. Panen melimpah dan banyaknya persediaan membuat harga gandum jatuh terutama karena Rusia membebankan biaya yang lebih rendah dari produsen besar lainnya. Namun Moskow telah bermanuver untuk membatasi pengurangan harga tersebut dan mendapatkan kendali lebih besar atas sektor pertaniannya.
Gubernur daerah yang menjadi penghasil biji-bijian utama di Rusia, serta tokoh-tokoh kuat di bidang keuangan dan industri pupuk, tahun lalu telah mendesak Kremlin untuk membatasi peran perusahaan asing dalam ekspor biji-bijian.
Cargill dan Viterra Ltd, dua pengirim biji-bijian terbesar Rusia dari barat, memutuskan pada Maret untuk mengakhiri operasi yang sedang dikembangkan setelah jatuhnya Uni Soviet. Louis Dreyfus Co. juga bergabung dengan eksodus tersebut, yang berlaku efektif pada bulan Juli. Kepergian perusahaan asing merupakan peluang bagi pedagang lokal untu lebih menguasai pasar.
Namun situasinya menjadi penuh risiko bagi para pembeli. Berdasarkan laporan dari kantor berita Tass, Menteri Pertanian Rusia Dmitry Patrushev mengatakan aneksasi Moskow atas teritori Ukraina berarti sjeumlah gandum dari wilayah yang berhasil diduduki akan bercampur dengan biji-bijian Rusia, sekitar 3 juta ton pada tahun 2023.
Sementara banyak pedagang mengesampingkan biji-bijian yang berasal dari daerah yang berhasil diduduki, mungkin akan menjadi sulit dilacak karena wilayah-wilayah tersebut menjadi lebih terintegrasi ke dalam jalur pasokan Rusia. Ukraina telah meminta importir untuk menyita biji-bijian yang mencurigakan.
Pengaturan Harga
Rusia menjadi lebih berani dalam menerapkan harga dasar untuk ekspor, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut. Bulan ini, mereka mencari batas bawah hingga US$240 per ton.
Harga dasar dimaksudkan untuk membantu para petani dalam pemeliharaan trator, dan mencari tenaga kerja di tengah mobilisasi yang meluas karena perang. Namun, gandum adalah komoditas yang tidak stabil dengan banyaknya pemasok, dan Rusia harus menurunkan harga dasar dari US$275 per ton pada bulan Maret setelah harga gandum di Eropa turun.
"Rusia tidak punya pilihan" selain menyerah pada tekanan pasar, kata Helene Duflot, analis pasar biji-bijian di Strategie Grains.
Upaya untuk mempengaruhi pasar terus berlanjut. Seorang trader menawarkan biji-bijian Rusia ke Mesir bulan ini dengan harga yang sangat rendah. Ketidakpuasan pemerintah semakin jelas, ketika kementerian pertanian tidak menyetujui penjualan tersebut. Trader itu berencana menawarkan gandum Rumania sebagai gantinya.
Eduar Zernin, kepala Persatuan Eksportir Gandum Rusia, mengatakan pemenang tender tersebut "tidak mewakili kepentingan" dari produsen gandum negara itu. Rusia tidak berencama menjual dengan "harga yang tidak masuk akal secara ekonomi," katanya memperingatkan.
--Dengan asistensi dari Megan Durisin dan Volodymyr Verbyany.
(bbn)