Para pengambil kebijakan mengungkapkan, bunga acuan perlu di atas 5% dan dipertahankan di level itu untuk memberikan waktu bagi bunga kredit yang lebih tinggi untuk mempengaruhi perekonomian.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah apakah Powell mengacu pada perkiraan The Fed yang dirilis pada Desember lalu, yang menunjukkan bahwa bank sentral melihat tingkat bunga naik ke median 5,1% tahun ini, sebagai ukuran akurat untuk melihat arah mereka saat ini, kata Jonathan Pingle, Chief Economist UBS Group AG untuk pasar AS.
Ada beberapa petunjuk bagaimana Powell berbicara tentang data inflasi baru-baru ini di mana ia menggarisbawahi situasi inflasi yang melandai lebih cepat dari perkiraan mereka sebelumnya. Indeks konsumsi pribadi naik 5% year-on-year pada Desember lalu, menjadikannya kenaikan paling lambat sejak 2021 kendati masih jauh di atas target The Fed di level 2%.
“Mereka (The Fed) semakin percaya diri bahwa inflasi sudah mencapai puncaknya. Namun, saya pikir ini terlalu cepat untuk memberi sinyal bahwa kebijakan menahan bunga sudah dekat,” jelas Pingle.
Spekulasi bahwa tingkat tertinggi bunga acuan sudah dekat, mengarah pada pertanyaan, apakah sudah waktunya bagi The Fed melakukan penyesuaian kata-kata dalam pernyataan seperti “kenaikan yang sedang berlangsung” perihal suku bunga.
Beberapa analis melihat The Fed memberi sinyal yang terlalu dovish ke pasar jika mereka melakukan penyesuaian pernyataan sembari melanjutkan kenaikan bunga di level moderat. “Jika Anda melunakkannya, itu mungkin menjadi sinyal bahwa tingkat bunga puncak yang Anda antisipasi lebih rendah dari Desember lalu atau Anda lebih dekat pada tingkat bunga puncak dibanding sebelumnya,” kata Michael Gapen, Kepala Riset Ekonomi AS Bank of America. Ia menilai, The Fed tidak ingin mengkomunikasikan (sinyal) itu.
Bagaimanapun, The fed mungkin memiliki lebih banyak keleluasaan jika mereka memakai kata-kata seperti “peningkatan lebih lanjut”. Kata-kata itu bisa dibaca sebagai sinyal akan terjadi kenaikan bunga beberapa kali lagi, menurut Zentner dari Morgan Stanley.
Beberapa ekonom pemerhati kebijakan The Fed mengamati bank sentral telah beberapa kali memberi sinyal dalam pidato publik selama berbulan-bulan bahwa tingkat bunga akan tetap berada di level terbatas untuk beberapa waktu.
Sinyal itu menegaskan lagi pesan hawkish pada pasar dan menyusutkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan bunga acuan pada semester dua tahun ini. Mempertahankan bunga di tingkat tinggi selama beberapa waktu akan memberi waktu bagi bank sentral mempertahankan kebijakan pengetatan moneter karena bunga acuan yang tinggi akan menjinakkan inflasi bahkan ketika The Fed menahan kenaikan bunga.
Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan berada pada titik terlonggar sejak Februari tahun lalu karena para pemodal bertaruh mulai landainya inflasi akan memberi ruang bagi The Fed untuk mempertahankan bunga di level terakhir dan berlanjut menurunkannya pada akhir tahun ini. Namun, kondisi saat ini termasuk kenaikan harga saham dan obligasi sejatinya bertentangan dengan upaya The Fed mengetatkan ekonomi.
Pejabat The Fed kebanyakan menahan diri untuk tidak berbicara tentang keuangan. Namun, risalah dari pertemuan bank sentral pada Desember lalu menunjukkan para pembuat kebijakan moneter itu khawatir terhadap terjadinya "pelonggaran ekonomi yang tidak beralasan".
“Teka-teki terbesar adalah bagaimana The Fed akan bereaksi terhadap kondisi yang sedikit longgar di pasar finansial sejak pertemuan Desember lalu,” kata Thomas Costerg, Ekonom Senior AS di Pictet Wealth Management. Ia menilai, The Fed perlu menaikkan bunga lagi pada Maret dan Mei. “Secara pribadi saya tidak berpikir bahwa kenaikan bunga melewati 5% akan memadai untuk memperketat perekonomian di level yang diinginkan oleh The Fed,” katanya.
Batas Utang
Powell bisa ditanya tentang negosiasi yang terjadi di Washington tentang plafon utang dan bagaimana ekonomi AS bisa menderita bila parlemen gagal mencapai kesepakatan. Ketidakpastian penetapan batas utang (debt ceiling) juga membawa konsekuensi bagi The Fed yang ingin mengecilkan neraca karena volatilitas yang terjadi bisa menguras cadangan dari sistem perbankan.
Kepala The Fed biasanya tidak mau terlalu dekat dengan keributan politik tetapi ia bisa menawarkan wawasan tentang apa yang diamati oleh bank sentral untuk memastikan bahwa cadangan tidak turun terlalu dalam.
Beberapa pembuat kebijakan termasuk Presiden Fed New York John Williams baru-baru ini mengatakan, neraca keuangan berjalan sesuai rencana. Williams bilang ia memperhatikan perkembangan neraca keuangan secara cermat dan mengharapkan dana tunai yang diparkir di fasilitas pembelian kembali The Fed, yang nilainya mencapai US$ 2 triliun per hari, bisa bertindak sebagai penyangga pasar apabila nilai cadangannya menurun.
(bbn)