Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham perbankan memimpin kenaikan S&P 500, karena bank-bank besar dinyatakan lulus stress test yang digelar The Fed. Harga saham Wells Fargo & Co dan JPMorgan Chase & Co naik setidaknya 3,5%.

Pembacaan kedua terhadap pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2023 menghasilkan angka 2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi dari pembacaan pertama yaitu 1,3% dan di atas konsensus pasar yang memperkirakan di 1,4%.

Kemudian klaim tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 24 Juni berada di 239.000. Turun 26.000 dari minggu sebelumnya.

Lalu inflasi yang diukur dengan Personal Consumption Expenditure (PCE), yang menjadi acuan The Fed, berada di 4,1% pada kuartal I-2023 dibandingkan kuartal sebelumnya. PCE inti ada di 4,9%. Masih jauh di atas target 2%.

“Pasar sedang memproses seberapa kuat data ekonomi tersebut, baik dalam hal positif maupun negatif. Data yang solid berarti ekonomi lebih berdaya tahan, yang akan membuat The Fed makin yakin untuk terus menaikkan suku bunga,” kata Carol Schleif, Chief Investment Officer di BMO Family Office.

Menghantui Investor

Schleif menyebut bahwa sangat mungkin The Fed menaikkan suku bunga acuan pada Juni, dan mungkin kembali melakukannya pada September. Terutama jika data ekonomi masih kuat dan laporan keuangan emiten pada kuartal II-2023 lebih baik dari perkiraan.

Bahkan, perkiraan pasar soal suku bunga sejalan dengan proyeksi Ketua The Fed Jerome Powell, yaitu ada kenaikan setidaknya 2 kali lagi tahun ini.

Fawad Razaqzada dari City Index dan Forex.com mengatakan, ekonomi bergerak yang bergerak di atas ekspektasi akan membuat sikap The Fed tidak kunjung dovish.

“Potensi suku bunga bertahan di level tinggi untuk jangka waktu lama, itu yang menghantui investor,” ujarnya.

Setelah data ekonomi keluar, inversi yield obligasi pemerintah AS semakin kentara. Inversi adalah yield tenor jangka panjang naik lebih sedikit dibandingkan tenor pendek.

Artinya, ekonomi mungkin sekarang terlihat kuat tetapi investor memperkirakan kenaikan suku bunga acuan akan menekan pertumbuhan dan kemudian meningkatkan risiko resesi.

Kecemasan

Meski ada risiko perlambatan ekonomi dan peningkatan inflasi, S&P 500 menuju lonjakan 15% pada semester I-2023. Investor juga dihinggapi kecemasan akibat kejatuhan sejumlah bank daerah, risiko geopolitik, dan drama batas utang (debt ceiling) pemerintah.

Sejarah menunjukkan bahwa momentum bullish ini bisa berlanjut, menurut Chief Technical Strategist LPL Financial Adam Turnquist. Sejak 1950, kenaikan 10% atau lebih pada semester I biasanya diikuti dengan ekspansi 7,7% pada semester II. Ini terjadi sebanyak 82%.

Meski ada tantangan, kabar baiknya adalah mungkin tidak akan sebanyak seperti semester I. Ditambah lagi, koreksi harga saham akan membuat investor “mendapat kesempatan untuk masuk ke bull market,” kata Turnquist.

Kapitalisasi Besar

Sementara itu, para pemain jangka pendek (short-seller) bersiap untuk masuk saham-saham teknologi, yang menjadi jantung kenaikan tahun ini. Artinya, investor skeptis terhadap prospek reli.

Keuntungan jangka pendek untuk saham-saham Tesla Inc, Microsoft Corp, dan Amazon.com Inc berada dekat dengan posisi tertinggi dalam 12 bulan, menurut catatan S3 Partners. Dalam 30 hari terakhir, investor mengambil posisi akan mendapat untung dari koreksi saham Apple Inc hingga sekitar US$ 1 miliar.

“Saham berkapitalisasi pasar besar naik tinggi, yang membuat investor lega. Namun kami tetap waspada, karena kenaikan ini di luar proyeksi optimistis dan prospek pertumbuhan,” tegas John Lynch, Chief Investment Officer di Comerica Wealth Management.

Lynch memperkirakan The Fed akan tetap dalam jalur mereka saat ini, yang membuat suku bunga naik dan standar penyaluran kredit makin ketat. Ini akan menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi.

(bbn)

No more pages