Namun, permintaan domestik masih mendominasi. Ekspor kembali mengalami penurunan, sudah delapan bulan beruntun.
Peningkatan permintaan secara umum membuat dunia usaha Tanah Air menambah pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku meningkat selama 17 bulan berturut-turut. Stok barang pun meningkat, meski penambahannya tidak signifikan.
Dengan proyeksi pertumbuhan yang baik, perusahaan memberi sinyal untuk menaikkan produksi hingga tahun depan. Permintaan diperkirakan tetap tinggi di tengah harapan kestabilan di pasar.
Namun dalam hal penyerapan tenaga kerja, belum ada perubahan. Tidak ada penambahan staf baru sejak akhir 2022, meski ada tambahan beban pekerjaan.
Tekanan harga masih terjadi pada Januari. Supplier masih membebankan tingginya harga bahan baku sehingga ikut menaikkan harga produk jadi. Namun laju kenaikan harga terpantau yang terendah dalam dua tahun terakhir.
Akan tetapi, dunia usaha menyebut pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) membantu meredakan tekanan kenaikan harga. Secara umum, harga produk jadi naik dalam level yang moderat dan lajunya terlemah sejak Mei 2021.
“Skor PMI manufaktur Indonesia pada Januari memberi tanda akan kondisi yang lebih baik memasuki tahun yang baru. Ekspansi masih terjadi, dan produksi meningkat seiring peningkatan permintaan. Ini masih terkonsentrasi di penjualan domestik.
“Sementara itu, tekanan kenaikan harga terus mereda. Walau harga masih naik, tetapi laju kenaikan yang lebih lambat bisa membuat Bank Indonesia untuk ikut mengerem laju pengetatan moneter, yang akan berdampak positif bagi perusahaan.
“Secara umum, sentimen di sektor manufaktur terus membaik. Ini akan merangsang dunia usaha untuk meningkatkan stok, yang menjadi indikasi kinerja yang lebih baik dalam jangka pendek,” jelas Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan tertulis.
(aji)