Pandangan terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan juga membaik. Sebesar 66,19% pelaku usaha lebih optimistis, sedangkan 25,47% memperkirakan kondisi usaha enam bulan ke depan akan stabil.
Variabel Ekspansi Manufaktur
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengelaborasi seluruh variabel penyusun IKI Juni 2023 tercatat mengalami ekspansi secara bulanan atau month to month (mtm).
Variabel pesanan baru meningkat sebesar 4,97 poin menjadi 54,81, variabel produksi yang meningkat 4,85 poin menjadi 54,86, sedangkan variabel persediaan menurun 4,56 poin menjadi 50,34.
“Pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel pesanan baru,” ujar Febri melalui keterangan resmi yang dilansir Rabu (28/6/2023).
Dia mengelaborasi kenaikan IKI bulan ini ditopang oleh perbaikan kinerja di 21 subsektor industri manufaktur. Beberapa subsektor terpantau telah mengalami ekspansi setelah sebelumnya selalu mengalami kontraksi. Dari 23 subsektor industri, terdapat delapan subsektor yang berubah dari kontraksi menjadi ekspansi pada Juni.
Delapan subsektor tersebut a.l. industri kertas dan barang dari kertas, industri karet, barang karet dan plastik, industri pencetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri pengolahan tembakau. Lalu, industri barang galian bukan logam, industri farmasi, obat kimia dan tradisional, industri pakaian jadi, dan industri logam dasar.
“Untuk Juni, subsektor industri dengan nilai IKI tertinggi adalah industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, industri makanan, serta industri minuman,” jelas Febri.
Sektor Industri Terkontraksi
Pada perkembangan lain, tiga subsektor yang masih mengalami kontraksi pada Juni antara lain industri tekstil, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, serta industri pengolahan lainnya.
Direktur Industri Aneka dan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan Ni Nyoman Ambareny tidak menampik berbagai permasalahan masih dihadapi oleh industri yang berorientasi ekspor, termasuk industri alat musik, industri mainan, industri alat tulis, industri alat olahraga, serta industri bulu mata palsu.
“Masalah utama yang dihadapi adalah kondisi ekonomi negara tujuan ekspor, yaitu Uni Eropa dan Amerika Serikat belum kembali normal. Akibatnya, permintaan untuk produk-produk yang termasuk sebagai produk tersier belum kembali pulih,” ujar Ambareny.
Isu serupa dihadapi oleh industri tekstil dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Tahun ajaran baru dan adanya investasi baru pada industri yang mengalami kontraksi menimbulkan harapan untuk perbaikan nilai IKI sampai dua bulan mendatang.
“Selain itu, pada periode ini industri pakaian jadi mengalami ekspansi, didukung oleh kondisi pasar ekspor untuk tujuan Amerika Serikat yang cukup bersahabat,” kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan.
Terkait dengan laporan kenaikan impor bulanan produk tekstil sebanyak 70,49% pada Mei, Kemenperin telah mengusulkan untuk dilakukan pengawasan di Pusat Logistik Berikat (PLB) maupun lokapasar.
(wdh)