Dilaporkan oleh Xinhua, pada dialog "Summer Davos" yang digelar di Tianjin pada Selasa (27/6/2023), Perdana Menteri China Li Qiang mengatakan kepada 120 pengusaha dari seluruh dunia bahwa negaranya bersedia bekerja sama dengan mereka.
Li juga menyampaikan pidato di forum ekonomi yang memperingatkan bahwa upaya pemerintah negara-negara asing untuk mempolitisasi ekonomi mereka hanya akan memecah-belah dunia. Ia juga belum lama ini baru kembali dari perjalanan ke Jerman, di mana Li mendesak para CEO untuk memeriksa rantai pasokan mereka.
"Mendorong pengambilan keputusan kepada perusahaan bukan pemerintah asing dipandang sebagai kejahatan yang lebih kecil oleh pembuat kebijakan di China," kata Andy Chen, analis senior di konsultan Trivium China.
"Dengan perusahaan-perusahaan duduk di kursi pengemudi, pemerintah China dapat memiliki lebih banyak titik akses untuk memengaruhi pengambilan keputusan, dan menjadikannya bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan yang memilih untuk melakukan de-risk pada area yang lebih sempit."
Di sisi lain, Bernard Arnault, miliarder CEO LVMH, melakukan perjalanan pertama ke China sejak pandemi. Pengusaha asal Prancis tersebut terlihat di sebuah pusat perbelanjaan kelas atas di Beijing pada Selasa (27/6/2023). Melalui akun Twitter-nya, Global Times mengunggah foto-foto Arnault yang dikumpulkan dari postingan-postingan di media sosial.
Berdasarkan keterangan sumber yang mengetahui perjalanan tersebut, rombongan Arnault rencananya akan bertemu dengan tim lokal di beberapa kota.
Perjalanan Arnault menyusul kunjungan para eksekutif lain ke China pada beberapa pekan terakhir, termasuk CEO JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon, dan CEO Tesla Inc. Elon Musk. Tim Cook dari Apple Inc. melakukan perjalanan ke China pada bulan Maret sebagai bukti keakraban dengan negara tersebut.
Selain Xi, Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins bertemu dengan kepala legislatif China Zhao Leji sebagai bagian dari kunjungannya ke negara tersebut pekan ini.
"Saya menekankan bahwa fokus utama dari kunjungan kami adalah untuk kembali menegaskan hubungan ekonomi kami yang erat, dengan mendukung perusahaan-perusahaan memperbarui hubungan mereka dengan China, dan membantu menumbuhkan bisnis baru untuk mendukung pemulihan ekonomi Selandia Baru," kata Hipkis dalam pernyataan setelah pertemuan tersebut.
Perusahaan-perusahaan China juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendorong investasi.
"Agar China berhasil menjadi pusat inovasi, sangat penting bagi perusahaan teknologi China untuk mengakses pasar modal, mengakses pembiayaan swasta, tanpa hambatan apapun," kata Fred Hu, CEO perusahaan investasi China Primavera Capital dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television di sebuah forum di Tianjin.
Hu mengatakan perusahaannya sejauh ini tidak memiliki masalah dalam melakukan uji tuntas, walaupun perusahaan tersebut memperhatikan tindakan keras yang dilakukan baru-baru ini.
Pengawasan keras yang dilakukan tahun ini terhadap perusahaan-perusahaan konsultan asing yang membantu investor global dan perusahaan multinasional untuk memahami China--sebagai bagian dari kampanye anti-spionase nasional--telah menurunkan tingkat investasi dari perusahaan luar negeri.
Kampanye dan tindakan lain dari pemerintah China kemungkinan besar akan membuat investor skeptis terhadap janji-janji yang disampaikan Xi. Sementara presiden China berulang kali menegaskan bahwa pembangunan ekonomi adalah "prioritas utama" Partai Komunis, pemerintahannya jelas menjadikan perlindungan keamanan nasional sebagai fokus utama.
Sebelum tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan konsultan, langkah pengetatan peraturan yang tiba-tiba memengaruhi industri, mulai dari teknologi hingga real estat, telah membuat para pemodal asing melarikan diri dari pasar keuangan China.
Berdasarkan survei yang dilakukan baru-baru ini, memperlihatkan rekor saham perusahaan Eropa yang mengatakan melakukan bisnis di China semakin sulit. Beberapa perusahaan AS juga telah mempertimbangkan kembali untuk berinvestasi.
--Dengan asistensi dari Lucille Liu, Ka Ho Cheuk dan Stephen Engle.
(bbn)