Akan tetapi, bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat imbal hasil deposito di perbankan, kupon ORI023 masih lebih menarik. Mengacu data Bank Indonesia, sampai Mei lalu rata-rata bunga deposito di bank umum merayap naik akan tetapi belum sampai 6%.
Deposito tenor 1 bulan naik tipis dari rata-rata 4,14% menjadi 4,20%. Lalu tenor 3 bulan dan 6 bulan rata-rata sebesar 4,51% dan 4,71% disusul tenor 12 bulan 5,02%. Adapun imbal hasil deposito di bank digital sejauh ini masih lebih tinggi di kisaran 6%-8%, tentu dengan risiko yang juga sepadan dengan peluang cuannya.
ORI023 menjadi Surat Berharga Negara (SBN) ritel keempat yang ditawarkan oleh pemerintah tahun ini setelah saving bond ritel SBR012 pada Januari lalu, disusul sukuk ritel SR018 pada Maret dan sukuk tabungan ST010 yang sukses menarik minat investor hingga Rp15 triliun, Juni lalu. ORI023 mendahului rencana penerbitan sukuk wakaf ritel SWR004 yang semula dijadwalkan rilis bulan ini juga.
Dibandingkan jenis-jenis SBN ritel lain, ORI adalah SBN ritel yang paling populer dan menjadi produk fixed income ritel pertama yang diperkenalkan pada khalayak investor di Indonesia, di luar reksa dana pendapatan tetap.
Lebih likuid
Berkaca pada rilis ORI terakhir tahun lalu yang berhasil menyerap animo pemodal ritel hingga Rp13 triliun, ORI023 kemungkinan juga akan mencatat minat yang tinggi dari pemilik dana di Indonesia.
Sebagai gambaran, untuk tiga SBN ritel sebelumnya yang sudah dirilis, kesemuanya mencatat nilai pemesanan melampaui target indikatif. SBR012 misalnya, berhasil menarik pendanaan masyarakat hingga lebih dari Rp22 triliun, lalu sukri SR018 juga diserbu sedikitnya Rp21,5 triliun, disusul sukuk tabungan ST010 mencapai Rp15 triliun.
ORI023 mungkin bisa membukukan lebih tinggi minat karena instrumen fixed income ini tradable alias bisa dijual di pasar sekunder sebelum jatuh tempo. Jadi, dari sisi likuiditas, ORI023 akan lebih unggul dibanding SBR012 dan ST010 yang harus dipegang hingga jatuh tempo.
(rui)