Logo Bloomberg Technoz

Padahal Indonesia bisa dibilang sudah mampu memenuhi kebutuhan jagung dari produksi dalam negeri. Hasil kajian Kementerian Pertanian menyebut Import Dependency Ratio (IDR) jagung wujud segar pada periode 2016 hingga 2020, menunjukkan bahwa Indonesia hanya bergantung pada impor sebesar 1,76% hingga 4,61%. 

“​​Pada 2017 impor jagung segar Indonesia turun hampir 55% dari 2016 menjadi sebesar 517,5 ribu ton,” sebut riset Kementan.

Sedangkan Self Sufficiency Ratio (SSR) komoditas jagung di Indonesia pada periode yang sama berkisar antara 95,45% hingga 98,25%. Nilai SSR ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah bisa mencukupi kebutuhan jagung dalam negeri dengan proporsi yang cukup besar dari produksi sendiri.

Sumber: Kementan

Meski impor tidak terlalu banyak, biasanya Indonesia harus membayar lebih mahal untuk mendatangkan jagung dari luar negeri. Hasil kajian Kementan menunjukkan bahwa harga jagung impor Indonesia lebih mahal ketimbang harga internasional.

“Marjin antara harga impor Indonesia dan harga internasional menunjukkan biaya tataniaga yang harus dibayar, seperti ongkos, biaya angkut, asuransi dan lain-lain,” sebut riset Kementan.

Sumber: Kementan

Oleh karena itu, kunci untuk menurunkan biaya impor jagung adalah efisiensi. Penurunan biaya tataniaga, mengurangi rantai perdagangan, dan sebagainya bisa ditempuh untuk membuat biaya impor jagung lebih kompetitif.

(aji/ggq)

No more pages