China mengendalikan sebagian besar rantai pasokan mineral ini. Dan hal ini telah membuat khawatir negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan di Eropa.
Undang-undang Pengurangan Inflasi AS (Inflation Reduction Act/IRA), yang disahkan tahun lalu mengalokasikan hampir US$400 miliar untuk subsidi energi bersih, dan AS telah menjalin kemitraan dengan sekutu mereka, termasuk Australia yang merupakan penambang utama dunia, untuk membangun rantai pasokan mineral penting yang mengecualikan China.
Henry tidak secara eksplisit mengkritik upaya ini dalam pidatonya. Namun, ia mengatakan langkah serupa untuk meniru undang-undang seperti IRA tersebut di negara yang lebih kecil seperti Australia akan kontraproduktif.
"Apa yang harus menjadi fokus pemerintah dalam hal ini — baik federal dan negara bagian — adalah hal-hal yang bisa mereka kendalikan untuk membuat investasi secara fundamental lebih menarik," katanya.
Sementara itu, Henry juga mendesak pemerintah China untuk memberikan lebih banyak dukungan untuk pasar properti yang tengah sulit, karena industri tersebut merupakan pendorong utama permintaan baja. Data ekonomi Cina baru-baru ini tidak terlihat baik.
“Kami pikir ada ruang bagi kebijakan yang lebih banyak untuk mendukung perumahan dan perumahan baru,” katanya kepada wartawan usai pidato.
Meski begitu, Henry mengatakan optimistis soal prospek permintaan baja dan bijih besi. "Ekspektasi kami tetap bahwa paruh kedua akan lebih kuat dari yang pertama,” ujarnya.
(bbn)