Logo Bloomberg Technoz

Central China adalah pengembang terbesar ke-33 di Tiongkok berdasarkan kontrak penjualan, menurut China Real Estate Information Corp, sementara Leading Holdings tidak termasuk dalam 100 besar.

Penunggakan ini terjadi setelah minggu lalu beberapa developer China membayar bunga pada akhir masa tenggang 30 hari. Krisis uang tunai yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor properti mengakibatkan rekor gagal bayar pada obligasi dolar emiten China tahun lalu dan tahun ini risiko tersebut masih mengancam.

Sebelumnya, banyak pihak yang memprediksi para pejabat China akan meluncurkan lebih banyak stimulus pada sektor-sektor yang sedang kesulitan termasuk real estat. Namun, para investor kecewa pekan lalu setelah bank-bank di China memangkas suku bunga acuan hipotek (kredit kepemilikan rumah) mereka lebih rendah dari yang diperkirakan. Peluncuran stimulus yang lambat menambah kekhawatiran mengenai perekonomian negara ini.

"Para pengembang di China terus menghadapi keraguan dari para investor di tengah-tengah perlambatan dalam penjualan, dan bank-bank makin selektif memberikan pinjaman kembali pada sektor ini meski ada rencana baru dari pemerintah,” ujar pakar strategi DBS Bank Ltd. Chang Wei Liang.

Pengumuman Central China kemungkinan besar bukanlah kejutan besar bagi pasar mengingat tingkat perdagangan obligasi dollar jangka pendek perusahaan ini, menurut Zerlina Zeng, analis kredit senior di CreditSights.

"Sebagian besar pengembang swasta yang lebih kecil masih menghadapi kondisi likuiditas yang buruk karena pemulihan penjualan yang lambat,” katanya.

Surat utang Central China dan Leading Holdings yang pembayarannya tidak dilakukan telah diindikasikan di bawah 30 sen dolar sepanjang tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Harga-harga seperti itu umumnya dianggap sebagai level yang sangat tertekan dan menandakan keraguan investor tentang pembayaran tepat waktu.

Induk perusahaan Central China menjual 29% saham perusahaan kurang dari setahun yang lalu kepada sebuah perusahaan milik pemerintah di provinsi asalnya, Henan. Optimisme pasar, yang dipicu oleh harapan bahwa langkah ini akan memberikan dukungan negara pada perusahaan ini, tidak bertahan lama. 

(bbn)

No more pages