Logo Bloomberg Technoz

Total nilai ekonomi untuk setiap domba, kambing atau sapi kurban masing-masing sebesar Rp6,02 juta dan Rp33,86 juta per ekor. Output ekonomi tersebut mencakup bisnis distribusi dan perdagangan hewan yang dapat menikmati margin keuntungan setinggi 41% menurut hitungan IDEAS, juga termasuk proses penggembalaan/pemeliharaan dan pemotongan.

Dari perkiraan 2,08 juta orang yang berkurban pada Idul Adha tahun ini, kebutuhan hewan kurban adalah kambing-domba sebanyak 1,23 juta ekor, lalu sapi-kerbau sekitar 505.000 ekor.

"Dengan asumsi berat kambing-domba antara 20-80 kg dengan berat karkas 41 persen serta berat sapi-kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 57 persen, maka potensi ekonomi kurban 2023 dari sekitar 1,74 juta hewan ternak ini setara dengan 103,0 ribu ton daging," terang IDEAS.

Hasil riset Bahana Sekuritas di kawasan peternakan hewan kelas menengah di Cianjur, Jawa Barat, mengonfirmasi penurunan total nilai penjualan tahun ini dibandingkan 2022.

"Penjualan sapi turun sementara penjualan domba naik," kata Satria Sambijantoro dan Drewya, ekonom dan analis Bahana Sekuritas dalam catatan, Jumat pekan lalu.

Menurut kacamata Bahana, kelesuan belanja hewan kurban masyarakat tahun ini di tengah berakhirnya pandemi dan normalisasi mobilitas masyarakat, ternyata tingkat pendapatan dan tabungan masyarakat kelas menengah belum mampu pulih sepenuhnya dari dampak ekonomi yang parah akibat hantaman pandemi 2020 lalu.

"Selain karena alasan ekonomi, ada juga kemungkinan masyarakat menjadi kurang religius pascapandemi, sehingga mengubah prioritas pengeluaran," jelas ekonom.

Setoran Pajak Melambat

Cermin kelesuan perekonomian domestik bukan cuma terlihat dari belanja hewan kurban Idul Adha yang stagnan. Berdasarkan paparan terbaru realisasi APBN Mei 2023, tercatat bila setoran pajak orang Indonesia juga semakin melambat.

Pajak menggambarkan aktivitas ekonomi, karena mencatat pertambahan kekayaan maupun transaksi. Perlambatan pertumbuhan penerimaan pajak menjadi cermin kondisi ekonomi.

"Aktivitas ekonomi menimbulkan implikasi kewajiban pajak," ujar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam jumpa pers APBN Kita periode Juni 2023, Senin (26/6/2023).

Penerimaan pajak Januari-Mei 2023, lanjut Sri Mulyani, tumbuh 17,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jauh melambat dibandingkan Januari-Mei 2022 yang tumbuh 53,5%.

Penerimaan pajak terlihat menurun di mayoritas sektor ekonomi. Di sektor industri pengolahan atau manufaktur, pertumbuhan selama 5 bulan pertama 2023 adalah 5,45%. Jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang melesat 50,9%.

Kemudian industri perdagangan mencatat pertumbuhan penerimaan pajak 9,3% pada Januari-Mei 2023. Selama periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya adalah 61,6%.

"Ini kita perlu waspadai, karena dia memberikan sumbangan terbesar. Dua sektor tersebut menyumbang hampir 50% dari penerimaan pajak kita," tegas Sri Mulyani.

"Dari komposisi ini kita melihat dampak pelemahan ekonomi sudah mulai muncul, walaupun kita masih melihat tren positif. Kita lihat levelnya sudah mulai adanya koreksi dibanding tahun lalu yang pertumbuhannya sangat tinggi," lanjut Bendahara Negara.

--dengan bantuan laporan Elisa Valenta dan Hidayat Setiaji.

(rui)

No more pages